Salju

Minggu, 09 April 2017

Tugas Observasi : Motivasi Belajar Saat Praktikum Fisika di MTsN 2 Medan

TUGAS OBSERVASI
Motivasi Belajar Saat Praktikum Fisika
di MTsN 2 Medan

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Fikri Dien (161301016)
Izdihar Afra (161301022)
Yuliasti (161301027)
Dinda Pramadi Putri (161301037)
Yusnita Tarigan (161301038)
Gita Clara Tinambunan (161301063)
Farel Andhika (161301067)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TA. 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tugas observasi yang berjudul “Motivasi Belajar Saat Praktikum Fisika di MTsN 2 Medan”.
Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah ini terutama waktu dan referensi, sehingga makalah ini dapat dikumpulkan tepat waktu sebagai tugas kelompok Psikologi Pendidikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ayah dan Ibu kami di rumah yang telah memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Selain itu, kami juga mengucapkan terima kasih kepada Seluruh Ibu Dosen dengan mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dengan menyadari makalah masih jauh dari sempurna untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini dan terima kasih untuk semuanya.


                                                                                    Medan, 08 April 2017





                                                                                          Kelompok 10



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

A.    Pendahuluan
B.     Identitas Sekolah
C.     Sistematis Pelaksanaan Observasi
D.    Pembagian Tugas Observasi
E.     Alat dan Bahan
F.      Metode yang Digunakan
G.    Sampel Observasi dan Lokasi Pengambilan Data
H.    Landasan Teori
1.      Motivasi
·  Perspektif tentang Motivasi 
       a. Perspektif Behavioral 
       b. Perspektif Humanistik
       c. Perspektif Kognitif
       d. Perspektif Sosial
·  Motivasi untuk Meraih Sesuatu
       a. Motivasi Ekstrinsik
       b. Motivasi Intrinsik.
            2. Orientasi Belajar 
·  Teacher – Centered Learning 
·  Learner – Centered Learning 

3. Manajemen Kelas 
·  Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
·  Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
I.       Sistematika Observasi
J.       Laporan Observasi dan Hasil Wawancara dari Guru
1.      Observasi
·  Perspektif tentang Motivasi 
       a. Perspektif Behavioral 
       b. Perspektif Humanistik 
       c. Perspektif Kognitif
       d. Perspektif Sosial
·  Motivasi untuk Meraih Sesuatu
       a. Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
·  Orientasi Belajar 
  a. Teacher – Centered Learning 
                          b. Learner – Centered Learning 
·  Manajemen Kelas
  a. Mendesain Lingkungan Fisik Kelas 
                          b. Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran 
2.      Hasil Wawancara
3.      Fasilitas Kelas
4.      Evaluasi 
K.    Kesimpulan Hasil Observasi dan Wawancara
L.     Testimoni Tiap Anggota Kelompok
M.   Poster 
DAFTAR PUSTAKA


Motivasi Belajar Saat Praktikum Fisika di MTsN 2 Medan

Topik : Peran Motivasi Saat Belajar Praktikum Fisika Pada Murid SMP
Judul  : Motivasi Belajar Saat Praktikum Fisika di MTsN 2 Medan

    A. Pendahuluan
Sebagai mahasiswa jurusan Psikologi yang mempelajari tingkah laku serta proses mental manusia. Suatu tingkah laku terjadi dan muncul karena adanya suatu dorongan yang berasal dari dalam maupun di luar diri manusia. Dorongan-dorongan itu dinamakan dengan sebuah motivasi. Motivasi yang menjadi alasan dan mengapa manusia melakukan suatu tingkah laku atau tindakan tertentu.  
Segala aktivitas atau tindakan yang kita lakukan seperti belajar, bekerja, berbuat baik kepada orang lain, dan sebagainya. Itu semua dilakukan karena adanya sebuah motivasi. Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama yaitu suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan suatu hal. Dorongan yang menjadi suatu sumber tenaga dalam mengerjakan suatu hal agar kita mencapai suatu tujuan yang kita inginkan baik tujuan yang positif maupun negatif.
Kami mencoba mengobservasi di sebuah sekolah yaitu MTsN 2 Medan untuk melihat seberapa besar peran motivasi seorang siswa dalam mengikuti proses pembelajaran praktikum fisika di kelas. Kami mengobservasi motivasi dari berbagai perspektif yaitu perspektif behavioral humanistik, perspektif kogintif, serta perspektif sosial, dan motivasi untuk meraih sesuatu yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

  B. Identitas Sekolah
Nama Sekolah                         : Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan
Nama Kepala Sekolah             : Drs. Musianto, M.A
Nama Wakil Kepala Sekolah : Syamsurizal, S. Pdi               (Bagian Kurikulum)
Nama Wakil Kepala Sekolah  : Drs. Muhammad Yazid        (Bagian Sarana & Prasarana)
Nama Wakil Kepala Sekolah  : Dra. Masdoharni Hasibuan   (Bagian Humas)
Alamat Sekolah                       : Jl. Peratun No. 3 Medan
Desa / Kelurahan                     : Sidorejo Hilir
Kecamatan                              : Medan Tembung
Kabupaten                               : Kota Medan
Provinsi                                   : Sumatera Utara
Ekstrakurikuler                        :     o    Palang Merah Remaja
o   Dokter Remaja
o   Pramuka
o   Paskibra
o   Marching Band
o   Futsal
o   Basket

   C. Sistematis Pelaksanaan Observasi
Tanggal
Kegiatan
Senin, 13 Maret 2017
Pemilihan Topik dan Judul
Selasa, 14 Maret 2017
Penentuan Landasan Teori yang Dipilih
Rabu, 15 Maret 2017
Menanyakan Ketersediaan Sekolah MTsN 2 Medan untuk Diobservasi
Senin, 27 Maret 2017
Menerima Surat Izin Observasi dari Fakultas
Rabu, 29 Maret 2017
Memberi Surat Izin Observasi ke Sekolah MTsN 2 Medan, Memperoleh Izin dari Sekolah MTsN 2 Medan dan Penentuan Hari Observasi
Jumat, 31 Maret 2017
Melakukan Observasi ke Sekolah MTsN 2 Medan
Kamis – Jumat, 06 – 07 April 2017
Membuat Laporan berupa Makalah
Jumat, 07 April 2017
Membuat Poster
Sabtu, 08 April 2017
Memposting ke Blog Hasil Tugas Observasi

   D. Pembagian Tugas Observasi
·         Waktu Dilakukan : Jumat, 31 Maret 2017 pada jam 10.00 s/d 10.30 WIB
·          Lama Dilakukan   : 30 Menit
·          Pembagian Tugas :
1.    Fikri Dien                    (16-016) : Dokumentasi dan Seksi Transportasi
2.    Izdihar Afra                (16-022) : Pelamar ke Sekolah, Observer, dan Pewawancara
3.    Yuliasti                        (16-027) : Observer, Editor Makalah, dan Pewawancara
4.    Dinda Pramudi Putri   (16-037) : Pemberi Surat ke Sekolah dan Observer
5.    Yusnita Tarigan           (16-038) : Observer dan Editor Power Point
6.    Gita Clara Tinambunan(16-063): Observer dan Editor Power Point 
7.    Farel Andhika Fajar    (16-067) : Dokumentasi dan Pembuat Poster
·         Narasumber           : Masdelina, S. Pdi (Guru Fisika)

  E. Alat dan Bahan
1.      Handphone untuk dokumentasi
2.      Pulpen sebagai reward

   F. Metode yang Digunakan
Metode yang digunakan melalui kegiatan observasi langsung di lembaga pendidikan MTsN 2 Medan dan ada sesi wawancara selama 6 menit 52 detik dengan guru fisika bernama Masdelina, S. Pdi di mana di sekolah tersebut memiliki tradisi memanggil bunda untuk guru perempuan dan ayahanda untuk guru pria yang sedang mengajarkan praktikum tentang getaran. Data yang diperoleh akan diolah sesuai dengan teori motivasi.

    G. Sampel Observasi dan Lokasi Pengambilan Data
Sampel observasi diambil 38 orang murid di kelas VIII-6 yaitu murid laki-laki terdiri dari 18 orang dan murid perempuan terdiri dari 20 orang dari populasi kelas VIII sebanyak kurang lebih 280 orang. Lokasi sekolah MTsN 2 Medan di Jl. Peratun No. 3 Medan.     

   H. Landasan Teori
1.     Motivasi
Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.
·      Perspektif tentang Motivasi
a.      Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk., 2000).
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda binatang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid, misalnya memamerkan karya mereka, memberi sertifikat prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan prestasi  mereka.
Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivitas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik. Insentif ini berupa jam istirahat lebih, izin memainkan game di komputer, perjalanan, atau bahkan pesta. Dan hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Misalnya, guru merengut pada murid yang bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka muka guru yang merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.
b.      Perspektif Humanistik
1.      Sejarah Tokoh
Salah satu tokoh yang mempelapori perspektif humanistik adalah Abraham Haroid Maslow. Ia adalah seorang psikolog terkenal yang terkenal dengan “Hierarki Kebutuhan”-nya. Abraham Maslow lahir pada 1 April di Brooklyn, New York. Ia merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari imigran Yahudi Rusia.
Maslow sebagai anak tertua didorong sangat keras untuk belajar karena diakui sebagai seorang intelektual di usia muda. Maslow menghabiskan masa kecilnya di Brooklyn. Ia sendiri merasa bahwa masa kecilnya relatif bahagia. Di sekolah, Maslow adalah murid ilmiah dan berhasil mendapatkan tempat di City College of New York. Maslow awalnya belajar hukum untuk memenuhi keinginan orangtuanya, tapi ia menghadiri kuliah di Universitas Wisconsin. Di sanalah ia berubah tunduk ke psikologi, menerima gelar BA pada tahun 1930, gelar MA pada tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934. Selama periode belajar di Wisconsin, Maslow menikahi sepupunya, Bertha Goodman, dan mempunyai dua anak perempuan. Di Winconsin, ia dibimbing oleh Harry Harlow, seorang psikolog terkenal untuk karya pada monyet rhesus dan perilaku.
Maslow memutuskan untuk belajar Psikologi terutama karena pengaruh Behaviorisme Watson. Bagi Maslow saat itu, Behaviorisme merupakan sesuatu yang menarik, dan dengan mengikuti program-program yang diadakan oleh Watson, Maslow berharap dirinya bisa merubah dunia. Di samping Watson, tokoh-tokoh yang dikagumi dan ingin diikuti oleh Maslow adalah Koffka, tokoh Psikologi Gestalt; Dreisch, seorang tokoh terkemuka dalam bdang Biologi; dan Miklejhon, seorang ahli filsafat. Tetapi ketiga orang tersebut tidak ia jumpai karena mereka hanya guru besar tamu. Kejadian ini menimbulkan kekecewaan yang besar bagi Maslow.
Maslow mengawali karir akademis dan profesionalnya dengan memegang jabatan sebagai asisten instruktur psikologi di universitas wisconsin (1930-1934), dan sebagai staff pengajar (1934-1935). Kemudian Maslow menjadi staf peneliti di Universitas Columbia sampai tahun 1937. Semasa di Universitas Columbia ini Maslow bekerja sebagai asisten Edward L. Thorndike, salah seorang tokoh behaviorisme. Setelah itu Maslow menjadi guru besar Pembantu di brooklyn college, new York, sampai tahun 1531. Maslow menyebut kota New York pada akhir tahun 1930-an sebagai dan awal tahun 1940-an, ketika ia mengajar disana, sebagai pusat Psikologi. Di kota ini ia bertemu dengan tokoh-tokoh intelektual Eropa yang melarikan diri ke Amerika Serikat karena penindasan Hitler. Tokoh-tokoh yang dimaksud seperti erich Fromn, alfred Adler, Karen Horney, Ruth Benedict, dan Max Wetheimer. Percakapan-percakapan informal dan pertukaran pengalaman dengan tokoh-tokoh tersebut memegang peranan penting dalam pembentukan landasan pemikiran humanistik Maslow. Selain itu, kehadiran anaknya yang pertama telah menghilangkan antusiasme Maslow terhadap Behaviorisme. Tingkah laku yang kompleks yang ditunjukan oleh anaknya membuat Maslow berfikir bahwa behaviorisme lebih cocok untuk memahami tikus daripada memahami manusia. Ia berkata : “Orang yang sudah pernah punya punya bayi  tidak menjadi behavioris”.
Pada tahun 1951 Maslow menerima jabatan kepala departmen psikologi universitas Brandeis, yang dipegangnya sampai tahun 1961. Selama periode ini Maslow menjadi jurubicara utama bagi gerakan psikologi humanistik di Amerika Serikat. Maslow menggabungkan diri dengan sejumlah perhimpunan profesional. Ia menjadi anggota dewan studi psikologi bagi masalah-masalah sosial, menjadi ketua perhimpunan psikologi Negara Bagian Massachustts, sebagai kepala divisi kepribadian dan psikologi sosial pada perhimpunan Psikologi Amerika (APA), kepala divisi etika, dan akhirnya memegang jabatan Presiden Perhimpunan Psikologi Amerika dari tahun 1967 sampai dengan 1968.
Sebagian besar buku-buku Maslow ditulis dalam sepuluh tahun terakhir dari hidupnya, yang meliputi buku-buku Toward a Psychology of Being. (1962) Religius and Peak Experiences (1964), Eupsychian Management : A Journal (1965) the Psycology of science: A reconnaisence (1966), motivation and personality (1970) dan the father Reaches of human natures, sebuah buku kumpulan artikel Maslow yang diterbitkan setahun setelah ia meninggal.
2.      Teori Tokoh
Maslow adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran pada mazhab ketiga (humanis). Dalam teorinya Maslow berpendapat bahwa manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang kemudian disebut dangan teori kebutuhan Maslow. Maslow mengajukan suatu teori kebutuhan yang berdasarkan kepada kirarki, dimana kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebuthan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hampir seluruh aspek kehidupan pribadi serta sosial. Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetic atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow. 
Berikut merupakan Hierarki Kebutuhan Maslow:
a.      Kebutuhan-kebutuhan Fisologis atau Biologis.
Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya tentang kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis. Diman kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makan, minum, tempat tidur, seks dan oksigen. Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum beranjak kepada kebutuhan lainnya.
b.      Kebutuhan akan Rasa Aman
Setelah kebuthan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman (neurotic), maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat.
c.       Kebutuhan akan rasa cinta kasih
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melaikan oleh kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih saying. Maslow menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta, yaitu “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.
Disamping itu Maslow juga berpendapat bahwa, kecendrungan Freudian menggap cinta berasal dari seks merupakan kesalahan serius. Maslow juga merasa heran mengapa psikologi hanya membahsa sedikit saja tentang cinta, Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kenutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
d.   Kebutuhan akan penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan yakni” harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi: kebutuhan akan percaya diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan prestasi, ketidak katergantungan dan kebebasan. Sedangkan kebutuhan akan dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.

e.    Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”, itulah yang dikatakan oleh Maslow. Oleh karenanya pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan oleh Maslow dikatakan dengan aktualisasi diri. Dimana aktualisasi pada hirarki kebutuhan Maslow merupakan tingkatan paling tinggi, bagaimana tidak karena setiao orang dapat mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.
Maslow juga memberikan cirri yang universal kepada mereka yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah kemampuan mereka melihat hidup dengan jernih, melihat hidup apa adanya bukan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak bersikap emosional, justru bersikap objektif terhadap hasil-hasil pengamatan mereka. Disamping itu ciri lain dari orang teraktualisasikan dirinya adalah kadar konflik dirinya yang rendah, ia tidak melawan dirinya sendiri tapi ia lebih bersifat produktif.
Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat terlihat bahwa prioritas pemenuhan kebutuhan sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang ada. Artinya individu yang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar secara otomatis akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi dan begitu seterusnya.

a.      Perspektif Kognitif
Menekankan pada pemikiran murid untuk memandu motivasi mereka sendiri. Ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif ini juga menekankan arti penting dari tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol prestasi nilai mereka sendiri. Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R. W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
b.      Perspektif Sosial
Perspektif sosial lebih mengarahkan pada interaksi manusia dengan manusia lainnya dan berusaha diterima oleh orang lain. Interaksi ini dianggap menjadi sebuah perilaku sosial yang berbicara, antara secara langsung dan tidak langsung oleh orang lain dengan tujuan yang menghasilkan sebuah respon. Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
David Mc Clelland merupakan psikolog dari Amerika Serikat lulusan Universitas Wesleyan hingga akhirnya menyelesaikan studi magister dan doktoralnya dalam bidang psikologi di Universitas Yale pada tahun 1941. Setelah lulus dari studi doktoralnya, ia menjadi dosen di Universitas Wesleyan dan juga menjadi dosen tidak tetap di Bryn Mawr College pada tahun 1944-1945 sebelum ia menjadi kepada Departemen Psikologi di Unviersitas Wesleyan. Ia juga menjadi dosen bidang psikologi sosial di Saltzburg, Austria. Pada tahun 1956 ia meninggalkan Univesitas Wesleyan karena ia dikukuhkan menajdi guru besar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Mc Clelland terkenal dengan teori motivasi.

Menurut Mc Clelland, konsep penting lain dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia. Mc Clelland juga menguatkan pada tiga kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan Handoko (1996:85), yaitu:
1.      Kebutuhan afiliasi, kebutuhan ini ditunjukkan dengan adanya interaksi bersama kawan dekat, keinginan untuk menjalin hubunga positif dengan guru, dan lain-lain
2.      Kebutuhan prestasi, kebutuhan ini terlihat dari keinginan untuk mengambil tugas yang dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya sehingga mampu memperhitungkan resiko dengan melakukan sesuatu secara kreatif dan inovatif.
3.      Kebutuhan kekuasaan, kebutuhan ini terlihat pada seseorang yang ingin mempunyain pengaruh atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunnya dan membuat orang lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.
            Menurut McCombs (2001), salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak. Menurut Baker dan Stipek (1999, 2002), murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah.

·        Motivasi untuk Meraih Sesuatu
Motivasi pada murud telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Anak akan  mengetahui apa yang menjadi tujuan mereka belajar.  Dalam hal ini kita akan membahas hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan  motivasi murid untuk meraih sesuatu atau untik berprestasi. Kita akan mulai bagian ini dengan memperkenalkan apa itu yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik (ekstrensik) dan intrinsik (internal), dan apa yang menjadi perbedaan antara kedua motivasi tersebut. Kemudian kita akan mengkaji efek dari kecemasan terhadap prestasi belajar anak dan beberapa startegi yang dapat membantu murid agar lebih termotivasi lagi.
a.     Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik merupakan melakukan suatu kegiatan karna rangsangan dari luar  yang bertujuan hanya untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif ekternal seperti imbalsa atau upah dan hukuman. Misalnya, murid akan berusaha mendapat nilai tertingi dikelasnya untuk mendapatkan pujian dari orang-orang terdekatnya, atau mungkin murid tersebut akan mengerjakan sesuatu hanya untuk menghindari hukuman yang mungkin terjadi apabila ia tidak mengerjakannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan mengapa ia melakukan kegiatan tersebut tidaklah untuk memperoleh ilmu dari apa yang dipelajari. Perspektif behavioral lebih mekankan pada arti penting dari motivasi ektrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanistic lebih menekankan pada arti penting dari motivasi intrinsik dalam prestasi.

b.    Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik merupakan  motivasi yang berasal dari diri kita sendiri (internal) untuk melakukan sesuatu hal demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Dalam memenuhi motivasi intrinsic, murid tidak perlu mendapat rangsangan dari luar, karna motivasi tersebut akan timbul karna keinginan, hobi atau karena kesadaran diri sendiri. Semakin kuat motivasi intrinsic yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuannya. Contohnya seorang murid yang menyukai pelajaran bahasa inggris akan mulai mencoba menerjemahkan buku bahasa inggrisnya sendiri tanpa disuruh orang lain, atau seorang murid akan belajar sungguh-sungguh karena mereka ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari yang mereka pelajari.
Murid akan termotivasi untuk belajar saat mereka diberikan pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai imformasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol. Sama halnya dengan pujian juga dapat memperkuat motivasi intrinsik murid.
Untuk mengetahui mengapa ini bisa terjadi, mari kita bahas 2 jenis motifasi intrinsik berikut;
1)      Motivasi intrinsik dari determinasi diri dan pilihan personal. Salah satu pandangan tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri (deCharms, 1994; Ryan & Deci, 2000). Dalam pandangan ini, murid ingin percayaan bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Dalam studi lain, yang sampelnya merupakan  murid Afrika-Amerika dari latar belakang miskin. Dalam studi ini, guru didorong untuk memberi lebih banyak tanggung jawab kepada murid dalam proses belajar  (deCharms,1984).  Murid diberi beberapa pilihan dalam aktifitas yang mereka inginka. Mereka juga didorong untuk mengambil tanggung jawab personal atas tindakan mereka, termasuk dalam hal mencapai tujuan yang telah mereka tentukan sendri. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, murid dalam kelompok motivasi intrinsik/determinasi diri ini meraih prestasi yang lebih tinggi.
2)      Motivasi intrinsik dari pengalaman optimal. Orang melaporkan bahwa pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk mendeskrpsikan pengalaman optimal dalam hidup.dia menemukan bahwa pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area dimana murid ditantang dan menganggap diri merekapunya keahlian yang tinggi. Ketika murid tinggi tetapi aktifitas yang dihadapinya tidak menantang hasilnya aalah kemajemukan. Ketika level tantangan dan keahlian rendah,  murid akan merasa apati. Dan ketika murid menghadapi tugas sulit yang diluar dari kemampuan mereka, maka mereka akan merasa cemas. Lalu bagaimana penghargaan eksternal apakah dapat memperkuat atau melemahkan motivasi intrinsik.
Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik.  Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Akan tetapi dalam beberapa situasi, imbalan atau hadiah dapat melemahkan pembelajaran. Juy Cameron (2001; Cameron & Pierce, 1996) berpendapat bahwa dalam pendidikan ada keyakinan kuat bahwa hadiah selalu menurunkan motivasi intrinsic murid. Dalam analisisnya terhadap sekitar 100 studi, dia menemukan bahwa hadiah verbal  (seperti pujian) dapat dipakai untuk memperkuat motivasi intrinsic.
Pergeseran Developmetal dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik.  Banyak peneliti dan pendidik percaya bahwa penting bagi murid untuk mengembangkan intelektualisasi dan mengembangkan motivasi intrinsik yang lebih besar saat mereka tumbuh. Mengapa pergeseran ke arah motivasi ekstrinsik ini terjadi saat murid naik ke kelas yang lebih tinggi? Salah satu penjelasannya adalah karena praktik kenaikan kelas dapat memperkuat orientasi motivasi eksternal. Artinya, saat murid bertambah usia mereka akan berusaha untuk naik kelas dan karenanya motivasi internalnya akan menurun.

2.                 Orientasi Belajar
·        Teacher - Centered Learning
     Dalam pendekatan ini fokus di sekolah adalah guru. Perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat oleh guru. Dalam hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran murid, memiliki ekspektasi yang tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.
Perencanaan Teacher-Centered Learning memiliki tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1.     Menciptakan Sasaran Behavioral
Sasaran behavioral (behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962), sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral harus mengandung tiga bagian :
a.       Perilaku murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
b.      Kondisi di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau dites.
c.       Kriteria kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima.
2. Menganalisis Tugas
Difokuskan pada pemecahan suatu tugas kompleks yang dipelajari murid  menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis dilakukan melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978) :
a.       Menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
b.      Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dan sebagainya.
c.       Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.

3.    Menyusun Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi Bloom oleh Benjamin Bloom dkk (1956) mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain :
a. Domain Kognitif memiliki enam sasaran, antara lain :
- Pengetahuan               - Analisis
- Pemahaman                - Sintesis       
- Aplikasi                      - Evaluasi

b. Domain Afektif (respons emosional terhadap tugas) memiliki lima sasaran, antara lain :
- Penerimaan                 - Pengorganisasian
- Respons                      - Menghargai karakterisasi
- Menghargai

c. Domain Psikomotor (menghubungkan aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Dalam sains, murid harus menggunakan peralatan yang kompleks; seni visual dan pahat membutuhkan koordinasi mata dan tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah :
- Gerak refleks                                     - Kemampuan fisik
- Gerak fundamental dasar                  - Gerak terlatih
- Kemampuan Perseptual                     - Perilaku nondiskusif

·        Learner -  Centered Learning
Pada pendekatan ini fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi murid terhadap lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Pendekatan ini mengandung implikasi penting bagi cara guru merancang dan mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi murid. Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Pendidikan akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah pada orang yang belajar (learner). Learner-Centered ini dikembangkan oleh American Psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor :
1.      Faktor Kognitif dan Metakognitif
Ada enam prinsip, yaitu :
a.       Sifat proses pembelajaran
b.      Tujuan proses pembelajaran
c.       Konstruksi pengetahuan
d.      Pemikiran strategi
e.       Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi)
f.       Konteks pembelajaran
2.      Faktor Motivasi dan Emosional
Ada tiga prinsip, antara lain :
a.       Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
b.      Motivasi intrinsik untuk belajar
c.       Efek motivasi terhadap usaha
3. Faktor Sosial dan Developmental
      Ada dua prisip, antara lain :
a. Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
b. pengaruh sosial terhadap pembelajaran
4. Faktor Perbedaan Individual
      Ada tiga prinsip, antara lain :
a.  Perbedaan individual dalam pembelajaran
b.  Pembelajaran dan diversitas
c. Standar dan penilaian
3.                 Manajemen Kelas
Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Manajemen lingkungan yang baik adalah mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak murid bekerja sama, mengatasi masalah secara efektif, dan menggunakan strategi komunikasi yang baik.
Ada tujuan manajemen kelas yang efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami masalah akademik dan emosional.
·        Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Gaya Penataan
- Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru.
- Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap satu sama lain.
- Gaya off-set, sejumlah murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk   berhadapan langsung satu sama lain.
- Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
- Gaya klaster (cluster), sejumlah murid (4-8 orang) bekerja dalam kelompok kecil.

·        Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Strategi Umum
Gaya otoratif
Guru yang otoratif akan cenderung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoratif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid. Strategi manajemen kelas yang otoratif akan mendorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.

    I.   Sistematika Observasi
1.      Saat kelompok tiba di MTsN 2 Medan

Kelompok tiba pada pukul 10.00 WIB ke Sekolah MTsN 2 Medan untuk melakukan observasi.

2.      Guru memberikan instruksi tentang praktikum fisika yang akan dikerjakan.
Saat kami tiba di kelas VIII-6, Bunda Masdelina, S.Pdi sebagai guru fisika sedang menjelaskan apa saja yang harus dilakukan selama melakukan praktikum tentang getaran.

3. Para murid mulai melakukan praktikum sesuai arahan guru


Setelah diberi arahan dari Bunda Masdelina, para murid melakukan percobaan tersebut secara bertahap sesuai dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan oleh Bunda Masdelina. Satu kelompok terdiri dari dua orang di mana satu orang bertugas untuk membuat tali tersebut sebanyak 5 putaran yang sudah diikatkan di kayu dan satu orang lagi yang menghitung waktu dari 5 putaran tersebut dengan menggunakan jam tangan.

4.  Para murid bersemangat dalam melakukan praktikum fisika
Murid berantusias dalam menyelesaikan tugas praktikum fisika tentang getaran. Mereka melakukan 3x percobaan dengan waktu yang berbeda-beda untuk menghitung frekuensi dan periode dari getaran di mana memiliki jumlah putaran yang sama yaitu 5 putaran. Saat mereka melakukan prosedur yang salah. Maka, mereka akan mengulanginya lagi.

  5. .Para murid melakukan praktikum fisika dengan berdiskusi sesama kelompoknya

Setelah melakukan percobaan, mereka akan menulis hasil yang didapatkan dan berdiskusi menghitung hasilnya dengan rumus yang sudah dijelaskan oleh Bunda Masdelina menggunakan kalkulator. 

6. Para murid yang masih belum paham bisa bertanya dengan guru

            Jika murid menemukan kendala dan masih belum paham, maka murid bisa bertanya kepada Bunda Masdelina di bagian mana yang masih belum mengerti.


7.      Berfoto bersama guru dan para murid setelah siap melakukan observasi.

Setelah 30 menit melakukan observasi pada pukul 10.30 WIB, kami memberikan rasa ucapan terima kasih atau reward yaitu pulpen kepada Bunda Masdelina dan semua murid karena sudah diberikan kesempatan untuk bisa mengobservasi di sekolah MTsN 2 Medan dan kami juga foto bersama sebelum keluar kelas.

8. Kelompok observasi setelah selesai mengobservasi sekolah MTsN 2 Medan
Setelah keluar kelas, kami foto bersama di luar kelas sebelum meninggalkan sekolah MTsN 2 Medan.

J.   Laporan Observasi & Hasil Wawancara dari Guru
Laporan Observasi merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan observasi. Kami mengambil topik tentang motivasi, sehingga akan menguraikan secara lebih mendalam mengenai motivasi siswi/siswi MTsN 2 Medan. Selain itu, kami juga akan menguraikan sedikit mengenai hasil pengamatan kami tentang orientasi belajar dan manjemen kelas, namun tidak secara mendalam dibandingkan dengan motivasi karena kami mengambil topik tentang motivasi.
1.     Observasi
·        Perspektif tentang Motivasi
a.     Perspektif Behavioral
Hasil dari Observasi murid MTsN 2 Medan pada tanggal 31 Maret 2017 pukul 10.00 WIB menyangkut tentang Teori Behavioral :
1.      Murid yang tidak membawa alat praktikum secara lengkap akan mendapatkan pengurangan nilai.
2.      Murid yang mengumpulkan hasil pratikum terlebih dulu akan mendapatkan nilai yang tinggi.
Dari hasil observasi ini tampak murid perempuan lebih unggul daripada murid laki-laki.
b.    Perspektif Humanistik
Perspektif humanistik tentang motivasi menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri, dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini berkaitan erat dengan hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Dari hasil observasi yang telah kami lakukan, kami melihat adanya motivasi dari setiap murid yang sesuai dengan perspektif humanistis. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas ketika mereka melakukan praktikum pada pelajaran yang sedang berlangsung. Praktikum ini dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari dua orang murid.
             Para murid bebas menentukan apakah mereka akan mengerjakan praktikum dengan baik atau tidak. Perbedaan motivasi bukan hanya terjadi antarkelompok, tetapi juga pada dua murid yang terlibat dalam satu kelompok. Sebagian besar dari mereka memiliki motivasi humanistis yang kuat, hal tersebut dapat dilihat ketika mereka berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas mereka. Bahkan, beberapa dari mereka sampai rela untuk menghampiri temannya yang lain agar lebih mengerti tata cara praktikum yang mereka lakukan. Mereka pun berusaha untuk selalu memusatkan perhatian kepada praktikum yang sedang dikerjakan walaupun tim kami berlalu lalang untuk mengobservasi mereka.
             Praktikum tersebut juga membantu untuk mengembangkan kemampuan mereka. Hal ini dapat dilihat dari perilaku mereka yang bahkan sampai ada yang harus berdebat untuk mendapatkan suatu pemahaman yang sama dan juga tepat. Bagi murid yang memiliki motivasi ini, ia akan terus memacu dirinya untuk dapat mengerti dan menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh sang guru. Dalam hal ini, sang guru juga terus memantau mereka agar anak didiknya dapat berkembang serta segera memotivasi untuk melanjutkan ketika sang guru melihat mereka sudah mulai tidak semangat. Sedangkan bagi murid yang memiliki motivasi humanistis yang rendah, mereka akan mudah menjadi tidak sabar dan juga mengekspresikan perasaan kesal mereka ketika tugas yang dikerjakan tak kunjung usai.

c.     Perspektif Kognitif
Dari hasil observasi kami mengenai motivasi dari perspektif kognitif pada murid kelas VIII-6 saat praktikum fisika tentang getaran di sekolah MTsN 2 Medan :
1.      Setiap murid memiliki motivasi kompetensi di mana mereka semua termotivasi untuk bisa memahami segala prosedur atau langkah-langkah dalam praktikum fisika.
2.      Kelompok saling berkompetisi untuk mengerjakan praktikum fisika tersebut .
3.      Mereka memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi di mana saat kami mengobservasi kelompok baik kelompok yang hanya terdiri dari murid laki-laki dan yang hanya murid perempuan, saat mereka tidak mengerti. Maka, mereka akan bertanya ke Bunda Masdelina.
4.      Mereka termotivasi secara kogntif untuk bisa mengerjakan praktikum dengan baik, benar, cepat, dan tepat.
5.      Mereka termotivasi secara kogntif untuk mencari jawaban yang benar dari rumus yang digunakan untuk mencari frekuensi dan periode getaran dan itu membutuhkan proses berpikir.
6.      Mereka akan mengulangi percobaan apabila terdapat kesalahan prosedur. Mereka termotivasi secara kognitif karena mereka menyadari dan mengetahui jika ada kesalahan dan itu membutuhkan suatu proses berpikir.     

b.    Perspektif Sosial
            Observasi yang kami lakukan pada hari jumat tanggal 31 Maret 2017 di MTsN 2 Medan pada kelas VIII-6, kami menemukan berbagai macam motivasi yang terdapat di kelas tersebut. Aktivitas yang mereka lakukan pada pukul 10.00 adalah pratikum dalam bidang fisika. Ada beberapa motivasi yang saya temukan dalam hal perspektif sosial yaitu:
1.      Sebagian besar murid di kelas tersebut mau bekerja sama dan berbagi tugas antar teman sekelompok. Tentu yang mereka lakukan juga membuat hubungan lebih hangat dan akrab.
2.      Para murid saling berbagi ilmu dengan kelompok lain sehingga tiap murid menjadi aktif dan penolong untuk murid yang kurang memahami proses praktikum yang dilakukan. Mereka juga saling memperbaiki kesalahan satu sama lain. Hal ini membuat tiap murid ingin menyelesaikan praktikumnya dengan segera.
3.      Interaksi yang mereka lakukan semakin kuat dengan adanya keingintahuan proses pratikum tersebut dengan sesama teman dan guru pembimbingnya. Mereka menyenangi tiap proses praktikum, tanpa ada unsur keberatan dalam mengerjakannya.
4.      Ada beberapa murid yang lambat dalam mengerjakan praktikum tersebut tanpa ingin mencari tahu dengan teman kelompok lainnya dan guru pembimbing.

·        Motivasi untuk Meraih Sesuatu
a.        Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Dari hasil observasi yang kelompok kami lakukan pada jumat, 31 Maret 2017, yang berlokasi di MTSN 2 Medan, dan melibatkan 38 orang murid kelas VIII-6, diambil 20 sampel penelitian untuk ditanyakan mengenai motivasi mereka. Pada saat observasi berlangsung, siswa sedang dalam pelajaran praktikum fisika, dari ke 20 murid tersebut, ada 11 murid yang mengatakan bahwa mereka melakukan prosedur-prosedur praktik tersebut karena mereka menyukainya, sedangkan 9 murid lainnya mengatakan bahwa mereka melakukannya hanya agar dapat nilai dari gurunya. Kesimpulan dari observasi tersebut ialah bahwa motivasi intrinsik murid lebih tinggi dibandingkan motivasi ektrinsik. Murid yang termotivasi secara intrinsik mengatakan bahwa pelajaran tersebut menyenangkan, dan praktik yang mereka lakukan dianggap menantang dan dapat menghasilkan pengetahuan.

·        Orientasi Belajar
a.     Teacher – Centered Learning
Dari hasil observasi kami menemukan bahwa pada saat praktikum fisika kelas VIII-6 di MTsN 2 Medan di mana selama praktikum berlangsung guru hanya memberikan arahan proses praktikum dan bimbingan apabila para murid ada yang masih belum mengerti dan memahami praktikum tersebut. Para murid yang lebih banyak untuk bergerak aktif melakukan praktikum.
b.    Learner – Centered  Learning
Dari hasil observasi kami menemukan bahwa pada saat praktikum fisika kelas VIII-6 di MTsN 2 Medan di mana selama praktikum berlangsung para murid yang bergerak aktif untuk menyelesaikan praktikum fisika tersebut dengan mengerjakannya per kelompok sesuai dengan arahan yang diberikan guru.
·        Manajemen Kelas
a.      Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
Kami observasi saat para murid sedang melakukan praktikum fisika di mana satu kelompok terdiri dari dua orang sehingga memiliki, yaitu :
- Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap satu sama lain dalam kelompok untuk mengerjakan praktikum.

b.      Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Dari hasil observasi diperoleh yaitu :
Bunda Masdelina ialah guru yang otoratif di mana menghasilkan para murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi, melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.

 2.     Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara yang kami peroleh bahwa kelas VIII-6 yang kami observasi adalah salah satu kelas yang memiliki minat dan keinginan yang tinggi untuk belajar fisika atau dikenal dengan motivasi intrinsik. Saat bel pelajaran fisika tiba, ketua kelas akan menjemput bunda Masdelina untuk memasuki kelas mereka untuk mengajar di kelas. Dan bunda Masdelina mengatakan bahwa mereka sangat antusias dan bersemangat jika diadakan kuis. Pada umumnya, para murid apalagi fisika jarang yang menyukainya. Namun, di kelas ini para murid sebaliknya, mereka mengingatkan bunda Masdelina untuk mengadakan kuis karena mereka ingin menguji kemampuan mereka. Setelah kuis diperiksa, mereka akan menanyakan hasil yang mereka dapatkan rendah atau tinggi.
Selain itu, apabila murid yang mendapatkan nilai tertinggi dalam kuis maka akan mendapatkan nilai tambahan yang disimbolkan dengan sebuah tanda bintang dan itu termasuk imbalan atau reward yang akan menimbulkan motivasi ekstrinsik untuk para murid agar semakin semangat dalam belajar fisika dan murid yang mendapatkan nilai tertinggi akan membantu murid lain yang masih belum mengerti dan itu dinamakan motivasi dari perspektif sosial dan bunda Masdelina mengatakan bahwa murid yang mendapatkan nilai tertinggi juga tidak menganggap rendah kemampuan orang lain, sebaliknya murid tersebut akan meyakinkan si murid yang mendapatkan nilai terendah ini bahwa ia juga bisa mendapatkan nilai tertinggi dan itu disebut motivasi dari perspektif humanistik. Dan murid yang mendapatkan nilai terendah akan bertanya kepada bunda Masdelina di bagian mana yang membuatnya rendah dan meminta diajarkan oleh bunda agar ia mengerti mengerjakan soal kuis tersebut dengan benar dan itu merupakan termotivasi secara kogintif karena membutuhkan proses berpikir.
Di balik itu semua, pasti ada sisi kekurangan dari para murid di kelas tersebut yaitu ribut. Namun, saat mereka ribut dan diperingati untuk tidak ribut. Maka, mereka akan mengikuti perintah yang diberikan bunda Masdelina. Dan saat ada beberapa murid yang tidak mengerjakan tugas akan dihukum dengan berdiri di depan kelas. Itu merupakan pendekatan behavioral dengan menerapkan imbalan dan hukuman. Dari hukuman tersebut, mereka akan termotivasi untuk tidak melakuknnya. Alhasil, untuk minggu selanjutnya mereka tidak melakukannya lagi.

3 .Fasilitas Kelas
Saat melakukan praktikum fisika tidak dilakukan di ruangan praktikum melainkan tetap di kelas. Alat dan bahan praktikum yang digunakan masih sederhana yang dipersiapkan masing-masing oleh para murid dari rumah. Ruang kelas yang digunakan masih cukup luas untuk digunakan praktikum, kondisi meja dan bangku masih relatif bagus, dan memiliki rak buku di bagian belakang kelas. Sehingga, fasilitas kelas masih cukup baik untuk digunakan sebagai proses belajar-mengajar. Namun, untuk melakukan praktikum akan lebih baik jika dilakukan di ruang praktikum dengan alat dan bahan yang sudah disediakan oleh pihak sekolah.

4     Evaluasi
Saat praktikum dilakukan di kelas dan tidak di ruangan praktikum serta kondisi kelas yang ribut saat melakukan praktikum.

  
        K.Kesimpulan Hasil Observasi dan Wawancara
                 Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara yang telah dijelaskan di atas, kami menyimpulkan bahwa motivasi belajar saat praktikum fisika kelas VIII-6 di MTsN 2 Medan memiliki motivasi belajar yang cukup tinggi terhadap praktikum fisika baik motivasi dari perspektif yang terdiri dari perspektif behavioral, perspektif humanistik, perspektif kognitif, perspektif sosial dan motivasi meraih sesuatu yang terdiri atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik.

L. Testimoni Kelompok
Fikri Dien (16-016)          :
Tugas observasi ini sangat baik dan berguna buat kami, selain untuk mengaplikasikan ilmu psikologi yang di dapat bisa juga mendapatkan pengalaman baru dengan terjun langsung ke lapangan dan disini kerja sama kelompok dan kekompakan kelompok sangat jelas nampaknya agar tugas ini diselesaikan dengan sebaik mungkin.

Izdihar Afra (16-022)      :
Tugas Psikologi Pendidikan kali ini merupakan pengalaman saya yang pertama dalam mengobservasi kelas, dan sudah pasti ini akan menjadi pengalaman yang berharga bagi saya. Kendala yang dihadapi dalam tugas kali ini adalah dalam hal mengurus surat, walaupun demikian pada akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Alhamdulillah.

Yuliasti (16-027)              :
Tugas observasi pada mata kuliah psikologi pendidikan ini merupakan hal yang baru dan pertama kali saya lakukan untuk memenuhi tugas kelompok psikologi pendidikan dan dikumpul sebelum UTS. Saya antusias karena ini merupakan hal yang pertama dan tidak menyangka yang dulunya saya sebagai siswi yang diobservasi dan sekarang saya sebagai orang yang mengobservasi atau observer, ternyata waktu sangat begitu cepat berlalu.
Dan ternyata segala apa yang dipelajari di psikologi itu ada aplikasinya di kehidupan sehari-hari dan itu terlihat jelas melalui pelaksanaan tugas observasi. Namun, antara kami observasi dan pengumpulan tugas hanya memiliki sedikit waktu sehingga harus bekerja ekstra keras untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan benar. Overall, observasi psikologi pendidikan sangat berkesan dan melekat di hati.

Dinda Pramadi Putri (16-037) :
Observasi ini merupakan pengalaman pertama saya dalam sebuah penelitian yang melibatkan subjek langsung (Siswa Mtsn2 Medan). Tugas ini lumayan susah, tetapi menambah pengetahuan dan pengalaman yang berharga.

Yusnita Tarigan (16-038)           :
Menurut saya, tugas ini tidak mudah dan tidak sulit juga dalam mengerjakannya. Tetapi tugas ini membuat saya lebih kritis lagi dalam mengobservasi sesuatu. Kekurangan pada observasi kami menurut saya adalah kurangnya waktu dalam mengobservasi di sekolah tersebut.
Gita Clara Tinambunan (16-063) :
Saat observasi berlangsung, saya merasa bahwa murid sangat antusias dalam mengikuti pelajaran.  Dan hal tersebut tentu semakin membuat kelangsungan observasi kami berjalan dengan baik. Murid juga menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan dengan antusias. Walaupun ada rasa gugup yang melanda saat observasi dilakukan,  namun melihat semangat para murid seakan meruntuhkan dinding kegugupan itu dan menggantikannya dengan rasa senang.

Farel Andhika Fajar (16-067) :
Observasi dalam rangka memenuhi tugas pendidikan merupakan pengalaman yang pertama bagi saya dalam mengobservasi kelas dengan melihat para murid mengerjakan tugas menjadi suasana yang menyenangkan bagi saya dan guru yang mengajar di kelas VIII-6 yaitu kelas yang kami observasi dengan terbuka dan senang hati menerima kedatangan kami untuk mengobservasi para muridnya.

M. Poster



DAFTAR PUSTAKA
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Kencana
Sarwono, Sarlito W. (2000). Berkenalan dengan aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
http://12010rmahn.blogspot.co.id/search/?q=hasil+observasi
https://en.wikipedia.org/wiki/David_McClelland
http://skripsi-manajemen.blogspot.co.id/2011/02/teori-motivasi-maslow-mcclelland.html