Pendidikan Anak
Berkebutuhan Khusus
Pelajar yang
“tidak biasa” (exceptional) adalah anak-anak yang memiliki gangguan atau
ketidakmampuan dan anak-anak yang tergolong berbakat. Tetapi di sini akan lebih
fokus pada jenis anak yang memiliki kekurangan kemampuan.
Terdapat tiga
istilah, yaitu Disability (Kecacatan), Impairment (Kerusakan), dan Handicap
(Ketidakmampuan).
Disability adalah
keterbatasan (ketidakmampuan) personal yang membatasi pelaksanaan fungsi
seseorang.
Handicap adalah kondisi
yang dinisbahkan pada orang yang menderita ketidakmampuan.
Pendidikan anak
berkebutuhan khusus yaitu sekolah luar biasa (SLB) terdiri dari :
- SLB (PP RI No. 27 Tahun 1991), antara lain :
-
TKLB
-
SDLB
-
SLTPLB
-
SMLB
- Sekolah Inklusi (UU Sisdiknas 2003)
Inklusi
adalah mendidik anak dengan pendidikan spesial di kelas reguler.
-
SLB A untuk anak yang
Tunanetra (ketidakmampuan untuk melihat)
Syarat : Keterangan dari dokter
mata, sebaiknya usia 3 – 7 tahun dan tidak lebih dari 14 tahun.
-
SLB B untuk anak
Tunarungu (ketidakmampuan untuk mnendengar)
Syarat : Keterangan dari dokter
THT, usia 5 – 11 tahun.
-
SLB C untuk anak
Tunagrahita (IQ = 50 – 75)
C1 : untuk tunagrahita dengan IQ =
25 – 50
Syarat : Keterangan IQ dari
psikolog, keterangan dari sekolah terakhir, dan sebaiknya usia 5,5 – 11 tahun.
D1 : untuk tunadaksa dengan IQ <
normal.
-
SLB D untuk anak
Tunadaksa dengan IQ normal
Syarat : Keterangan dokter umum,
ortopedi dan saraf, keterangan psikolog, serta sebaiknya usia 3 – 9 tahun.
-
SLB E : untuk anak
Tunalaras (dalam hal perilaku)
Syarat : anak mengalami kesulitan
menyesuaikan diri atau pernah melakukan kejahatan, usia antara 6 – 18 tahun.
- SLB G : untuk anak
Tunaganda (multiple disability yaitu memiliki lebih dari satu disability)
Syarat : Keterangan dari dokter dan
psikolog.
Ketidakmampuan
dan gangguan (disorder) akan dikelompokkan sebagai berikut :
- Gangguan Indra
Gangguan
indra mencakup gangguan atau kerusakan penglihatan dan pendengaran.
·
Gangguan Penglihatan
Anak-anak yang menderita low vision mempunyai jarak pandang
antara 20/70 dan 20/200 (pada skala Snellen di mana angka normalnya adalah
20/20) apabila dibantu lensa korektif. Anak low
vision dapat membaca buku dengan huruf besar-besar atau dengan bantuan kaca
pembesar. Anak yang “buta secara edukasional” (educationally blind) tidak bisa menggunakan penglihatan mereka
untuk belajar dan harus menggunakan pendengaran dan sentuhan untuk belajar.
Kira-kira 1 dari 3.000 anak tergolong educationally
blind.
·
Gangguan Pendengaran
Anak yang tuli secara lahir atau
menderita tuli saat masih anak-anak biasanya lemah dalam kemampuan berbicara
dan bahasanya. Pendekatan pendidikan untuk membantu anak yang mempunyai masalah
pendengaran terdiri dari dua kategori : pendekatan oral dan pendekatan manual. Pendekatan
oral antara lain menggunakan metode membaca gerak bibir, speech reading
(menggunakan alat visual untuk mengajar membaca), dan sejenisnya. Pendekatan
manual adalah dengan bahasa isyarat dan mengeja jari (finger spelling).
Gangguan
fisik anak antara lain adalah gangguan ortopedik, seperti gangguan karena
cedera di otak (cerebral palsy), dan
gangguan kejang-kejang (seizure).
Banyak anak yang mengalami gangguan fisik ini membutuhkan pendidikan khusus dan
pelayanan khusus, seperti transportasi, terapi fisik, pelayanan kesehatan
sekolah, dan pelayanan psikologi khusus.
·
Gangguan Ortopedik
Keterbatasan gerak atau kurang
mampu mengontrol gerak karena ada masalah di otot, tulang, atau sendi. Gangguan
ortopedik bisa disebabkan oleh problem prenatal
(dalam kandungan) atau perinatal
(menjelang atau sesudah kelahiran), atau karena penyakit ataupun kecelakaan
saat anak-anak. Dengan bantuan alat adaptif dan teknologi pengobatan, banyak
anak yang menderita gangguan ortopedik bisa berfungsi normal di kelas.
·
Cerebral Palsy
Gangguan yang berupa lemahnya
koordinasi otot, tubuh sangat lemah dan goyah (shaking), atau bicaranya tidak jelas. Penyebab umum dari cerebral palsy adalah kekurangan oksigen
saat kelahiran. Dalam jenis cerebral
palsy yang paling umum, yang disebut spastic,
otot anak menjadi kaku dan sulit digerakkan. Pada tipe yang kurang lazim, yakni
ataxia, otot anak menjadi kaku pada
satu waktu, lalu kendur pada waktu yang lain, sehingga gerakan anak menjadi
lucu dan aneh.
Komputer bisa membantu proses belajar
anak yang terkena gangguan ini. jika mereka bisa melakukan koordinasi untuk
menggunakan keyboard, maka mereka
bisa mengerjakan tugas menulis di komputer.
·
Gangguan Kejang-Kejang
Epilepsi adalah gangguan saraf yang
biasanya ditandai dengan serangan terhadap sensorimotor atau kejang-kejang.
Dalam bentuknya yang paling umum, yang dinamakan absent seizures, anak mengalami kejang-kejang dalam durasi singkat
(kurang dari 30 detik), tetapi bisa terjadi beberapa kali sampai seratus kali
dalam sehari.
Dalam bentuk epilepsi lain yang
disebut tonic-clonic, anak akan kehilangan kesadarannya dan menjadi kaku,
gemetar, dan bertingkah aneh. Bila parah, tonic-clonic bisa berlangsung selama
tiga sampai empat menit. Anak yang mengalami epilepsi biasanya dirawat dengan
obat anti-kejang, yang biasanya efektif dalam mengurangi gejala tetapi tidak
menghilangkan penyakitnya
3. Retardasi
Mental
Retardasi
mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya
kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan
kehidupan sehari-hari.
·
Klasifikasi dan Tipe
Retardasi Mental
Klasifikasi Retardasi Mental
Berdasarkan Level Dukungan
Intermittent
|
Dukungan
diberikan “saat dibutuhkan”
|
Limited
|
Dukungan cukup
intens dan relatif konsisten dari waktu ke waktu
|
Extensive
|
Dukungan
diberikan secara reguler misalnya setiap hari
|
Pervasive
|
Dukungan
diberikan secara terus-menerus (konstan), sangat intens, dan diberikan pada
hampir semua situasi.
|
Tipe
Retardasi Mental
TIPE RETARDASI
MENTAL
|
RENTANG IQ
|
PERSENTASE
|
Ringan
|
55-70
|
89
|
Moderat
|
40-54
|
6
|
Berat
|
25-39
|
4
|
Parah
|
<25
|
1
|
·
Penyebab
a) Faktor
genetik
-
Down Syndrome
Bentuk retardasi mental yang
ditransmisikan secara genetik sebagai akibat adanya kromosom ekstra (kromosom
ke-47).
-
Fragile X Syndrome
Bentuk retardasi mental yang
ditransmisikan secara genetik sebagai akibat dari kromosom X yang tidak normal.
-
Fetal Alcohol Syndrome
(FAS)
Serangkaian ketidaknormalan,
termasuk retardasi mental dan ketidaknormalan wajah, yang menimpa anak dari ibu
yang suka minum minuman beralkohol selama masa kehamilan.
b) Kerusakan
Otak
Antara lain benturan di kepala,
malnutrisi, keracunan, luka saat kelahiran, atau karena ibu hamil kecanduan
alkohol.
4. Gangguan Bicara dan Bahasa
4. Gangguan Bicara dan Bahasa
Ialah
Sejumlah masalah problem bicara (seperti gangguan artikulasi, gangguan suara,
dan gangguan kefasihan) dan problem bahasa (kesulitan untuk menerima informasi
dan bahasa ekspresif).
·
Gangguan Artikulasi
Problem dalam melafalkan suara
secara benar.
·
Gangguan Suara
Gangguan dalam menghasilkan ucapan,
yakni ucapan yang keras, kencang, terlalu keras, terlalu tinggi, atau terlalu
rendah nadanya.
·
Gangguan Kefasihan
Gangguan yang biasanya disebut
“gagap”.
·
Gangguan Bahasa
Kerusakan signifikan dalam bahasa
reseptif atau bahasa ekspresif anak. Bahasa reseptif adalah resepsi dan
pemahaman bahasa. Sedangkan bahasa ekspresif adalah kemampuan menggunakan
bahasa untuk mengekspresikan pemikiran dan berkomunikasi dengan orang lain.
Learning Disability (Ketidakmampuan Belajar)
adalah ketidakmampuan di mana anak :
(1) mempunyai intelegensi normal atau di
atas rata-rata
(2) kesulitan
setidaknya dalam satu atau lebih mata pelajaran
(3) Tidak
mempunyai problem atau gangguan lain, seperti retardasi mental, yang
menyebabkan kesulitan.
Contoh : Dyslexia adalah kerusakan berat dalam
kemampuan membaca dan mengeja. Meningkatkan kemampuan anak yang mengalami
masalah dalam belajar ini adalah tugas sulit dan umumnya membutuhkan intervensi
intensif agar mereka mampu memberikan hasil yang baik.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
adalah ketidakmampuan di mana anak secara konsisten menunjukkan satu atau lebih
ciri-ciri berikut ini :
(1) kurang perhatian
(2) hiperaktif
(3) impusif
5 5. Gangguan
Perilaku dan Emosional
Ialah
problem serius dan terus-menerus yang berkaitan dengan hubungan, agresi,
depresi, ketakutan yang berkaitan dengan persoalan pribadi atau sekolah, dan
juga berhubungan dengan karakteristik sosio-emosional. Misalnya perilaku
agresif, di luar kontrol, depresi, kecemasan, dan ketakutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar