Resume
1
Psikologi
Pendidikan
Nama : Yuliasti
NIM : 161301027
PEMBELAJARAN
Proses belajar atau
pembelajaran (learning) adalah
pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan
berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Tidak semua
yang kita ketahui itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa
kemampuan-kemampuan itu sejak lahir, tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak
harus diajari untuk menelan makanan, berteriak, atau berkedip saat silau.
Tetapi, kebanyakan perilaku manusia tidak diwariskan begitu saja. Saat anak
menggunakan komputer dengan cara baru, bekerja lebih keras memecahkan masalah,
mengajukan pertanyaan secara lebih baik, menjelaskan jawaban dengan cara yang
lebih logis, atau mendengar dengan lebih perhatian, maka berarti dia sedang
menjalani proses belajar. Cakupan pembelajaran itu luas yang melibatkan
perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di
mana saja.
1. Pendekatan
untuk Pembelajaran
Pandangan
tentang pendekatan untuk pembelajaran, di antaranya pendekatan kognitif dan
behavioral.
A.
Behavioral
Behaviorisme
ialah pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat
diobservasi bukan dengan proses mental. Misalnya, anak membuat
poster, guru tersenyum pada anak, murid mengganggu murid lain, dan sebagainya.
Sedangkan proses mental adalah pikiran,
perasaan, dan motif yang tidak dapat diobservasi orang lain. Meskipun kita
tidak bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu
adalah sesuatu yang riil.
Proses
mental antara lain pemikiran anak tentang cara anak membuat poster, perasaan
senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya. Menurut
behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk
ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung.
Pengkondisian klasik dan operan merupakan dua pandangan behavioral. Kedua
pandangan ini menekan pembelajaran asosiatif (associative learning), yang
terdiri dari pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait (associated).
Misalnya, pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengasosiasikan atau
mengaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaran sesuatu di sekolah,
seperti guru tersenyum saat murid mengajukan pertanyaan yang bagus.
B.
Kognitif
Empat pendekatan
kognitif utama untuk pembelajaran :
1. Pendekatan
Kognitif Sosial
Menekankan bagaiaman
faktor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi
memengaruhi proses pembelajaran.
2. Pendekatan
Pemrosesan Informasi
Menitikberatkan pada
bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan
proses kognitif lainnya.
3. Pendekatan
Konstruktivis Kognitif
Menekankan kontruksi
kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
4. Pendekatan
Konstruktivis Sosial
Fokus pada kolaborasi
dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.
Pendekatan
behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara
pengalaman dan perilaku.
A.
Pengkondisian
Klasik
Bentuk pembelajaran
asosiatif di mana stimulus netral menjadi diasosiasikan dengan stimulus yang
bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respons yang serupa.
Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang)
diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan
kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama. Untuk memahami teori
pengkondisian klasik Pavlov (1927) kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua
tipe respons :
1. Unconditioned Stimulus
(US)
Sebuah stimulus yang
secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu.
Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US.
2. Unconditioned Response
(UR)
Respons yang tidak
dipelajari secara otomatis dihasilkan oleh US. Dalam eksperimen Pavlov, air
liur anjing yang merespons makanan adalah UR.
3. Conditioned Stimulus
(CS)
Stimulus yang
sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan
dengan US. Di antara stimuli yang terkondisikan dalam eksperimen Pavlov adalah
beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan,
seperti suara pintu tertutup sebelum makanan ditempatkan di piring anjing.
4. Conditioned Response (CR)
Respons yang dipelajari,
yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi
pasangan US-UC.
Pengkondisian
klasik dapat berupa pengalaman negatif dan positif dalam diri anak di kelas. Di
antara hal-hal di sekolah anak yang menghasilkan kesenangan karena telah
dikondisikan secara klasik adalah lagu favorit, perasaan bahwa kelas adalah
tempat yang aman dan menyenangkan, kehangatan, dan perhatian guru. Misalnya,
lagu bisa jadi merupakan hal netral bagi murid sebelum murid bergabung dengan
murid lain untuk menyanyikannya dengan diiringi oleh perasaan yang positif.
Anak-anak
akan merasa takut di kelas jika mereka mengasosiasikan kelas dengan teguran,
dan karenanya teguran dan kritik menjadi CS untuk rasa takut. Pengkondisian
klasik juga dapat terjadi dalam kecemasan dalam menghadapi ujian. Misalnya,
anak gagal dalam ujian dan ditegur, dan ini menghasilkan kegelisahan; setelah
itu, anak mengasosiasikan ujian dengan kecemasan, sehingga menjadi CS untuk
kecemasan.
- · Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan (Extinction)
1) Generalisasi
Tendensi dari stimulus
baru yang sama dengan conditioned
stimulus yang asli untuk menghasilkan respons yang sama (Jones, Kemenes,
& Benjamin, 2001). Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat
murid itu mulai bersiap untuk ujian kimia, dia juga menjadi gugup karena dua
mata pelajaran itu saling berkaitan. Jadi, murid itu menggeneralisasikan satu ujian
mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Dalam percobaan Ivan
Pavlov di mana ia membunyikan bel sebelum memberi bubur daging kepada anjing. Dipadukan
dengan US (daging), bel itu menjadi CS dan membuat anjing mengeluarkan air
liur. Setelah beberapa waktu, Pavlov menemukan bahwa anjing itu juga merespons
suara lain, seperti peluit. Semakin mirip suara itu dengan suara bel, semakin
kuat respons si anjing.
2) Diskriminasi
Dalam penkondisian
klasik terjadi ketika organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak
merespons stimuli lainnya (Murphy, Baker, & Fouquet, 2001). Untuk menghasilkan
diskriminasi, Pavlov memberi makan anjing setelah bel berbunyi dan tidak memberi
makan setelah membunyikan suara lainnya. Akibatnya, anjing itu hanya merespons
suara bel. Dalam kasus murid yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup
saat menempuh ujian pelajaran bahasa Inggris atau sejarah karena dua mata
pelajaran itu jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi.
3) Pelenyapan
(Extinction)
Dalam pengkondisian
klasik adalah pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya
unconditioned stimulus (US). Dalam satu sesi, Pavlov membunyikan bel berulang
kali tetapi tidak memberikan makanan kepada anjing. Akhirnya anjing itu tidak
lagi berlibur. Demikian pula, murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai
menempuh tes dengan lebih baik, dan kecemasannya mereda.
B.
Pengkondisian
Operan
Pengkondisian Operan
(juga dinamakan pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran di
mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari pengkondisian
operan adalah B. F. Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E. L.
Thorndike.
1) Hukum
Efek Thorndike
Prinsip bahwa perilaku
yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti
hasil negatif akan diperlemah.
2) Pengkondisian
Operan Skinner
Di mana konsekuensi
perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan
terjadi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner (1938).
- Penguatan (imbalan)
Konsekuensi yang meningkatkan
probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.
Penguatan (reinforcement) terbagi atas penguatan postif dan penguatan
negatif. Penguatan positif ialah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Misalnya,
memuji orang tua yang mau hadir dalam rapat orang tua-guru mungkin akan
mendorong mereka untuk kelak ikut rapat lagi.
Sedangkan penguatan
negatif ialah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat
karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak
menyenangkan). Misalnya, ayah mengomeli putranya agar mau mengerjakan PR. Dia terus
mengomel. Akhirnya, anak itu lelah mendengarkan omelan dan mengerjakan PR-nya.
- · Hukuman (Punishment)
Hukuman ialah konsekuensi yang
menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Misalnya, jika guru merengut
pada murid yang bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka
muka guru yang merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar