Salju

Rabu, 05 April 2017

Resume 1 (Pembelajaran)



Resume 1
Psikologi Pendidikan
Nama : Yuliasti
NIM   : 161301027
PEMBELAJARAN

Proses belajar atau pembelajaran (learning) adalah pengaruh yang relatif permanen atas perilaku, pengetahuan, dan keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman. Tidak semua yang kita ketahui itu diperoleh melalui belajar. Kita mewarisi beberapa kemampuan-kemampuan itu sejak lahir, tidak dipelajari. Misalnya, kita tidak harus diajari untuk menelan makanan, berteriak, atau berkedip saat silau. Tetapi, kebanyakan perilaku manusia tidak diwariskan begitu saja. Saat anak menggunakan komputer dengan cara baru, bekerja lebih keras memecahkan masalah, mengajukan pertanyaan secara lebih baik, menjelaskan jawaban dengan cara yang lebih logis, atau mendengar dengan lebih perhatian, maka berarti dia sedang menjalani proses belajar. Cakupan pembelajaran itu luas yang melibatkan perilaku akademik dan non-akademik. Pembelajaran berlangsung di sekolah dan di mana saja.
1. Pendekatan untuk Pembelajaran
   Pandangan tentang pendekatan untuk pembelajaran, di antaranya pendekatan kognitif dan   behavioral.
A.    Behavioral
Behaviorisme ialah pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diobservasi bukan dengan proses mental. Misalnya, anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid mengganggu murid lain, dan sebagainya. Sedangkan proses mental adalah pikiran, perasaan, dan motif yang tidak dapat diobservasi orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu adalah sesuatu yang riil.
Proses mental antara lain pemikiran anak tentang cara anak membuat poster, perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya. Menurut behavioris, pemikiran, perasaan, dan motif ini bukan subjek yang tepat untuk ilmu perilaku sebab semuanya itu tidak bisa diobservasi secara langsung. Pengkondisian klasik dan operan merupakan dua pandangan behavioral. Kedua pandangan ini menekan pembelajaran asosiatif (associative learning), yang terdiri dari pembelajaran bahwa dua kejadian saling terkait (associated). Misalnya, pembelajaran asosiatif terjadi ketika murid mengasosiasikan atau mengaitkan kejadian yang menyenangkan dengan pembelajaran sesuatu di sekolah, seperti guru tersenyum saat murid mengajukan pertanyaan yang bagus.
B.     Kognitif  
Empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran :
1.      Pendekatan Kognitif Sosial
Menekankan bagaiaman faktor perilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi memengaruhi proses pembelajaran.
2.      Pendekatan Pemrosesan Informasi
Menitikberatkan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
3.      Pendekatan Konstruktivis Kognitif
Menekankan kontruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
4.      Pendekatan Konstruktivis Sosial
Fokus pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pengalaman.

2. Pendekatan Behavioral untuk Pembelajaran
    Pendekatan behavioral menekankan arti penting dari bagaimana anak membuat hubungan antara pengalaman dan perilaku.
A.    Pengkondisian Klasik
Bentuk pembelajaran asosiatif di mana stimulus netral menjadi diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kemampuan untuk mengeluarkan respons yang serupa. Dalam pengkondisian klasik, stimulus netral (seperti melihat seseorang) diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna (seperti makanan) dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respons yang sama. Untuk memahami teori pengkondisian klasik Pavlov (1927) kita harus memahami dua tipe stimuli dan dua tipe respons :
1.      Unconditioned Stimulus (US)
Sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu. Dalam eksperimen Pavlov, makanan adalah US.
2.      Unconditioned Response (UR)
Respons yang tidak dipelajari secara otomatis dihasilkan oleh US. Dalam eksperimen Pavlov, air liur anjing yang merespons makanan adalah UR.
3.      Conditioned Stimulus (CS)
Stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan conditioned response setelah diasosiasikan dengan US. Di antara stimuli yang terkondisikan dalam eksperimen Pavlov adalah beberapa penglihatan dan suara yang terjadi sebelum anjing menyantap makanan, seperti suara pintu tertutup sebelum makanan ditempatkan di piring anjing.
4.      Conditioned Response (CR)
Respons yang dipelajari, yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-UC.
Pengkondisian klasik dapat berupa pengalaman negatif dan positif dalam diri anak di kelas. Di antara hal-hal di sekolah anak yang menghasilkan kesenangan karena telah dikondisikan secara klasik adalah lagu favorit, perasaan bahwa kelas adalah tempat yang aman dan menyenangkan, kehangatan, dan perhatian guru. Misalnya, lagu bisa jadi merupakan hal netral bagi murid sebelum murid bergabung dengan murid lain untuk menyanyikannya dengan diiringi oleh perasaan yang positif.
Anak-anak akan merasa takut di kelas jika mereka mengasosiasikan kelas dengan teguran, dan karenanya teguran dan kritik menjadi CS untuk rasa takut. Pengkondisian klasik juga dapat terjadi dalam kecemasan dalam menghadapi ujian. Misalnya, anak gagal dalam ujian dan ditegur, dan ini menghasilkan kegelisahan; setelah itu, anak mengasosiasikan ujian dengan kecemasan, sehingga menjadi CS untuk kecemasan.

      • ·         Generalisasi, Diskriminasi, dan Pelenyapan (Extinction)

1)      Generalisasi
Tendensi dari stimulus baru yang sama dengan conditioned stimulus yang asli untuk menghasilkan respons yang sama (Jones, Kemenes, & Benjamin, 2001). Misalnya murid dimarahi karena ujian biologinya buruk. Saat murid itu mulai bersiap untuk ujian kimia, dia juga menjadi gugup karena dua mata pelajaran itu saling berkaitan. Jadi, murid itu menggeneralisasikan satu ujian mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Dalam percobaan Ivan Pavlov di mana ia membunyikan bel sebelum memberi bubur daging kepada anjing. Dipadukan dengan US (daging), bel itu menjadi CS dan membuat anjing mengeluarkan air liur. Setelah beberapa waktu, Pavlov menemukan bahwa anjing itu juga merespons suara lain, seperti peluit. Semakin mirip suara itu dengan suara bel, semakin kuat respons si anjing.
2)      Diskriminasi
Dalam penkondisian klasik terjadi ketika organisme merespons stimuli tertentu tetapi tidak merespons stimuli lainnya (Murphy, Baker, & Fouquet, 2001). Untuk menghasilkan diskriminasi, Pavlov memberi makan anjing setelah bel berbunyi dan tidak memberi makan setelah membunyikan suara lainnya. Akibatnya, anjing itu hanya merespons suara bel. Dalam kasus murid yang mengikuti ujian di kelas, dia begitu gugup saat menempuh ujian pelajaran bahasa Inggris atau sejarah karena dua mata pelajaran itu jauh berbeda dengan mata pelajaran kimia dan biologi.
3)      Pelenyapan (Extinction)
Dalam pengkondisian klasik adalah pelemahan conditioned response (CR) karena tidak adanya unconditioned stimulus (US). Dalam satu sesi, Pavlov membunyikan bel berulang kali tetapi tidak memberikan makanan kepada anjing. Akhirnya anjing itu tidak lagi berlibur. Demikian pula, murid yang gugup mengikuti ujian akan mulai menempuh tes dengan lebih baik, dan kecemasannya mereda.
B.     Pengkondisian Operan
Pengkondisian Operan (juga dinamakan pengkondisian instrumental) adalah sebentuk pembelajaran di mana konsekuensi-konsekuensi dari perilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan diulangi. Arsitek utama dari pengkondisian operan adalah B. F. Skinner, yang pandangannya didasarkan pada pandangan E. L. Thorndike.
1)      Hukum Efek Thorndike
Prinsip bahwa perilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan bahwa perilaku yang diikuti hasil negatif akan diperlemah.
2)      Pengkondisian Operan Skinner
Di mana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi, merupakan inti dari behaviorisme Skinner (1938).
 
      •         Penguatan (imbalan)

Konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi.  Penguatan (reinforcement) terbagi atas penguatan postif dan penguatan negatif. Penguatan positif ialah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Misalnya, memuji orang tua yang mau hadir dalam rapat orang tua-guru mungkin akan mendorong mereka untuk kelak ikut rapat lagi.  
Sedangkan penguatan negatif ialah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Misalnya, ayah mengomeli putranya agar mau mengerjakan PR. Dia terus mengomel. Akhirnya, anak itu lelah mendengarkan omelan dan mengerjakan PR-nya.

      • ·         Hukuman (Punishment)

Hukuman ialah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Misalnya, jika guru merengut pada murid yang bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka muka guru yang merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar