Salju

Jumat, 07 April 2017

Resume 3 (Motivasi)



Resume 3
Psikologi Pendidikan
Nama : Yuliasti
NIM   : 161301027

MOTIVASI

Motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.

  1. Perspektif tentang Motivasi

a.      Perspektif Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer dkk., 2000).
Insentif yang dipakai guru di kelas antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas pekerjaan murid, dan tanda binatang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau pengakuan pada murid, misalnya memamerkan karya mereka, memberi sertifikat prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan prestasi  mereka.
Tipe insentif lainnya difokuskan pada pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti aktivitas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik. Insentif ini berupa jam istirahat lebih, izin memainkan game di komputer, perjalanan, atau bahkan pesta. Dan hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku. Misalnya, guru merengut pada murid yang bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka muka guru yang merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid. 

b.      Perspektif Humanistik
Perspektif humanistik menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan berkaitan erat dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hampir seluruh aspek kehidupan pribadi serta sosial. Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetic atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow.

Berikut merupakan Hierarki Kebutuhan Maslow:

    •      Fisiologis : lapar, haus, tidur.

    •   Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.

    •   Cinta dan rasa memiliki : keamanan (security), kasih sayang dan perhatian dari orang lain.
    • Harga diri : menghargai diri sendiri.
    • Aktualisasi diri : realisasi potensi diri.  Menurut Maslow, misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum mereka dapat berprestasi. 

c.       Perspektif Kognitif
Menekankan pada pemikiran murid untuk memandu motivasi mereka sendiri. Ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif ini juga menekankan arti penting dari tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu tujuan.
Perspektif kognitif merekomendasikan agar murid lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol prestasi nilai mereka sendiri. Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan gagasan R. W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif, menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan lingkungan secara efektif. 

d.      Perspektif Sosial
Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam motivasi mereka untuk mengahabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.
Murid sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek, 2002). Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Dalam studi lain, nilai matematika meningkat di kalangan murid sekolah menengah apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif (Eccles, 1993).

2.     Motivasi untuk Meraih Sesuatu
Motivasi pada murud telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Anak akan  mengetahui apa yang menjadi tujuan mereka belajar.  Dalam hal ini kita akan membahas hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan  motivasi murid untuk meraih sesuatu atau untik berprestasi. Kita akan mulai bagian ini dengan memperkenalkan apa itu yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik (ekstrensik) dan intrinsik (internal), dan apa yang menjadi perbedaan antara kedua motivasi tersebut. Kemudian kita akan mengkaji efek dari kecemasan terhadap prestasi belajar anak dan beberapa startegi yang dapat membantu murid agar lebih termotivasi lagi.
a.      Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik merupakan melakukan suatu kegiatan karna rangsangan dari luar  yang bertujuan hanya untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif ekternal seperti imbalsa atau upah dan hukuman. Misalnya, murid akan berusaha mendapat nilai tertingi dikelasnya untuk mendapatkan pujian dari orang-orang terdekatnya, atau mungkin murid tersebut akan mengerjakan sesuatu hanya untuk menghindari hukuman yang mungkin terjadi apabila ia tidak mengerjakannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan mengapa ia melakukan kegiatan tersebut tidaklah untuk memperoleh ilmu dari apa yang dipelajari. Perspektif behavioral lebih mekankan pada arti penting dari motivasi ektrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan humanistic lebih menekankan pada arti penting dari motivasi intrinsik dalam prestasi.

b.      Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik merupakan  motivasi yang berasal dari diri kita sendiri (internal) untuk melakukan sesuatu hal demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Dalam memenuhi motivasi intrinsic, murid tidak perlu mendapat rangsangan dari luar, karna motivasi tersebut akan timbul karna keinginan, hobi atau karena kesadaran diri sendiri. Semakin kuat motivasi intrinsic yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuannya. Contohnya seorang murid yang menyukai pelajaran bahasa inggris akan mulai mencoba menerjemahkan buku bahasa inggrisnya sendiri tanpa disuruh orang lain, atau seorang murid akan belajar sungguh-sungguh karena mereka ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari yang mereka pelajari.
Murid akan termotivasi untuk belajar saat mereka diberikan pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai imformasional tetapi bukan dipakai untuk kontrol. Sama halnya dengan pujian juga dapat memperkuat motivasi intrinsik murid. 

Untuk mengetahui mengapa ini bisa terjadi, mari kita bahas 2 jenis motifasi intrinsik berikut;
1) Motivasi intrinsik dari determinasi diri dan pilihan personal
      Salah satu pandangan tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri (deCharms, 1994; Ryan & Deci, 2000). Dalam pandangan ini, murid ingin percayaan bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena kesuksesan atau imbalan eksternal. Dalam studi lain, yang sampelnya merupakan  murid Afrika-Amerika dari latar belakang miskin. Dalam studi ini, guru didorong untuk memberi lebih banyak tanggung jawab kepada murid dalam proses belajar  (deCharms,1984).  Murid diberi beberapa pilihan dalam aktifitas yang mereka inginka. Mereka juga didorong untuk mengambil tanggung jawab personal atas tindakan mereka, termasuk dalam hal mencapai tujuan yang telah mereka tentukan sendri. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, murid dalam kelompok motivasi intrinsik/determinasi diri ini meraih prestasi yang lebih tinggi.
2)    Motivasi intrinsik dari pengalaman optimal
 Orang melaporkan bahwa pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow untuk mendeskrpsikan pengalaman optimal dalam hidup.dia menemukan bahwa pengalaman optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area dimana murid ditantang dan menganggap diri merekapunya keahlian yang tinggi. Ketika murid tinggi tetapi aktifitas yang dihadapinya tidak menantang hasilnya aalah kemajemukan. Ketika level tantangan dan keahlian rendah,  murid akan merasa apati. Dan ketika murid menghadapi tugas sulit yang diluar dari kemampuan mereka, maka mereka akan merasa cemas. Lalu bagaimana penghargaan eksternal apakah dapat memperkuat atau melemahkan motivasi intrinsik.
Imbalan Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik.  Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah perilaku. Akan tetapi dalam beberapa situasi, imbalan atau hadiah dapat melemahkan pembelajaran. Juy Cameron (2001; Cameron & Pierce, 1996) berpendapat bahwa dalam pendidikan ada keyakinan kuat bahwa hadiah selalu menurunkan motivasi intrinsic murid. Dalam analisisnya terhadap sekitar 100 studi, dia menemukan bahwa hadiah verbal  (seperti pujian) dapat dipakai untuk memperkuat motivasi intrinsic.
Pergeseran Developmetal dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik.  Banyak peneliti dan pendidik percaya bahwa penting bagi murid untuk mengembangkan intelektualisasi dan mengembangkan motivasi intrinsik yang lebih besar saat mereka tumbuh. Mengapa pergeseran ke arah motivasi ekstrinsik ini terjadi saat murid naik ke kelas yang lebih tinggi? Salah satu penjelasannya adalah karena praktik kenaikan kelas dapat memperkuat orientasi motivasi eksternal. Artinya, saat murid bertambah usia mereka akan berusaha untuk naik kelas dan karenanya motivasi internalnya akan menurun.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar