Resume
3
Psikologi
Pendidikan
Nama : Yuliasti
NIM : 161301027
Nama : Yuliasti
NIM : 161301027
MOTIVASI
Motivasi
adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya,
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama.
- Perspektif tentang Motivasi
a.
Perspektif
Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan
dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat
menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer
dkk., 2000).
Insentif yang dipakai guru di kelas
antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas
pekerjaan murid, dan tanda binatang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu
tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau
pengakuan pada murid, misalnya memamerkan karya mereka, memberi sertifikat
prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan prestasi mereka.
Tipe insentif lainnya difokuskan pada
pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti
aktivitas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik.
Insentif ini berupa jam istirahat lebih, izin memainkan game di komputer,
perjalanan, atau bahkan pesta. Dan hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku. Misalnya, guru merengut pada murid yang
bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka muka guru yang
merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.
b.
Perspektif
Humanistik
Perspektif
humanistik menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian,
kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan berkaitan erat
dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan
dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hampir
seluruh aspek kehidupan pribadi serta sosial. Maslow juga mengatakan bahwa
manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk
seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetic atau naluriah.
Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow.
Berikut merupakan Hierarki Kebutuhan Maslow:
- Fisiologis : lapar, haus, tidur.
- Keamanan (safety) : bertahan hidup, seperti perlindungan dari perang dan kejahatan.
- Cinta dan rasa memiliki : keamanan (security), kasih sayang dan perhatian dari orang lain.
- Harga diri : menghargai diri sendiri.
- Aktualisasi diri : realisasi potensi diri. Menurut Maslow, misalnya, murid harus memuaskan kebutuhan makan sebelum mereka dapat berprestasi.
c.
Perspektif
Kognitif
Menekankan pada pemikiran murid untuk
memandu motivasi mereka sendiri. Ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi
internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang
sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah
faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat
mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif ini juga menekankan
arti penting dari tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu
tujuan.
Perspektif kognitif merekomendasikan
agar murid lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol prestasi
nilai mereka sendiri. Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan
gagasan R. W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni
ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif,
menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White
mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan
biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan
lingkungan secara efektif.
d.
Perspektif
Sosial
Kebutuhan
afiliasi atau keterhubungan adalah motif untuk berhubungan dengan orang lain
secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan
personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dalam
motivasi mereka untuk mengahabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan
mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan
guru.
Murid
sekolah yang punya hubungan yang penuh perhatian dan suportif biasanya memiliki
sikap akademik yang positif dan lebih senang bersekolah (Baker, 1999; Stipek,
2002). Dalam sebuah studi berskala luas, salah satu faktor terpenting dalam
motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka mengenai apakah hubungan
mereka dengan guru bersifat positif atau tidak (McCombs, 2001; McCombs &
Quiat, 2001). Dalam studi lain, nilai matematika meningkat di kalangan murid
sekolah menengah apabila mereka punya guru yang mereka anggap sangat suportif
(Eccles, 1993).
Motivasi pada murud telah dipengaruhi
oleh perspektif kognitif. Anak akan
mengetahui apa yang menjadi tujuan mereka belajar. Dalam hal ini kita akan membahas hal-hal apa
saja yang dapat meningkatkan motivasi
murid untuk meraih sesuatu atau untik berprestasi. Kita akan mulai bagian ini
dengan memperkenalkan apa itu yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik
(ekstrensik) dan intrinsik (internal), dan apa yang menjadi perbedaan antara
kedua motivasi tersebut. Kemudian kita akan mengkaji efek dari kecemasan
terhadap prestasi belajar anak dan beberapa startegi yang dapat membantu murid
agar lebih termotivasi lagi.
a.
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik merupakan melakukan
suatu kegiatan karna rangsangan dari luar
yang bertujuan hanya untuk mendapatkan sesuatu yang lain. Motivasi
ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif ekternal seperti imbalsa atau upah
dan hukuman. Misalnya, murid akan berusaha mendapat nilai tertingi dikelasnya
untuk mendapatkan pujian dari orang-orang terdekatnya, atau mungkin murid
tersebut akan mengerjakan sesuatu hanya untuk menghindari hukuman yang mungkin
terjadi apabila ia tidak mengerjakannya. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan
mengapa ia melakukan kegiatan tersebut tidaklah untuk memperoleh ilmu dari apa
yang dipelajari. Perspektif behavioral lebih mekankan pada arti penting dari
motivasi ektrinsik dalam prestasi ini, sedangkan pendekatan kognitif dan
humanistic lebih menekankan pada arti penting dari motivasi intrinsik dalam
prestasi.
b. Motivasi Intrinsik
Motivasi Intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari diri kita sendiri
(internal) untuk melakukan sesuatu hal demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Dalam memenuhi motivasi intrinsic, murid tidak perlu mendapat
rangsangan dari luar, karna motivasi tersebut akan timbul karna keinginan, hobi
atau karena kesadaran diri sendiri. Semakin kuat motivasi intrinsic yang
dimiliki oleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia memperlihatkan
tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuannya. Contohnya seorang murid yang
menyukai pelajaran bahasa inggris akan mulai mencoba menerjemahkan buku bahasa
inggrisnya sendiri tanpa disuruh orang lain, atau seorang murid akan belajar
sungguh-sungguh karena mereka ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan dari yang
mereka pelajari.
Murid akan termotivasi untuk belajar
saat mereka diberikan pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan
kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai imformasional
tetapi bukan dipakai untuk kontrol. Sama halnya dengan pujian juga dapat
memperkuat motivasi intrinsik murid.
Untuk mengetahui mengapa ini bisa
terjadi, mari kita bahas 2 jenis motifasi intrinsik berikut;
1) Motivasi intrinsik dari determinasi
diri dan pilihan personal
Salah
satu pandangan tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri
(deCharms, 1994; Ryan & Deci, 2000). Dalam pandangan ini, murid ingin
percayaan bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena
kesuksesan atau imbalan eksternal. Dalam studi lain, yang sampelnya merupakan murid Afrika-Amerika dari latar belakang
miskin. Dalam studi ini, guru didorong untuk memberi lebih banyak tanggung
jawab kepada murid dalam proses belajar
(deCharms,1984). Murid diberi beberapa
pilihan dalam aktifitas yang mereka inginka. Mereka juga didorong untuk
mengambil tanggung jawab personal atas tindakan mereka, termasuk dalam hal
mencapai tujuan yang telah mereka tentukan sendri. Dibandingkan dengan kelompok
kontrol, murid dalam kelompok motivasi intrinsik/determinasi diri ini meraih
prestasi yang lebih tinggi.
2)
Motivasi
intrinsik dari pengalaman optimal
Orang melaporkan bahwa
pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar.
Csikszentmihalyi menggunakan istilah flow
untuk mendeskrpsikan pengalaman optimal dalam hidup.dia menemukan bahwa pengalaman
optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area dimana murid ditantang dan
menganggap diri merekapunya keahlian yang tinggi. Ketika murid tinggi tetapi
aktifitas yang dihadapinya tidak menantang hasilnya aalah kemajemukan. Ketika
level tantangan dan keahlian rendah,
murid akan merasa apati. Dan ketika murid menghadapi tugas sulit yang
diluar dari kemampuan mereka, maka mereka akan merasa cemas. Lalu bagaimana
penghargaan eksternal apakah dapat memperkuat atau melemahkan motivasi
intrinsik.
Imbalan
Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah
perilaku. Akan tetapi dalam beberapa situasi, imbalan atau hadiah dapat
melemahkan pembelajaran. Juy Cameron (2001; Cameron & Pierce, 1996)
berpendapat bahwa dalam pendidikan ada keyakinan kuat bahwa hadiah selalu
menurunkan motivasi intrinsic murid. Dalam analisisnya terhadap sekitar 100
studi, dia menemukan bahwa hadiah verbal
(seperti pujian) dapat dipakai untuk memperkuat motivasi intrinsic.
Pergeseran
Developmetal dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik. Banyak peneliti dan pendidik percaya bahwa
penting bagi murid untuk mengembangkan intelektualisasi dan mengembangkan
motivasi intrinsik yang lebih besar saat mereka tumbuh. Mengapa pergeseran ke
arah motivasi ekstrinsik ini terjadi saat murid naik ke kelas yang lebih
tinggi? Salah satu penjelasannya adalah karena praktik kenaikan kelas dapat
memperkuat orientasi motivasi eksternal. Artinya, saat murid bertambah usia
mereka akan berusaha untuk naik kelas dan karenanya motivasi internalnya akan
menurun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar