TUGAS OBSERVASI
Motivasi Belajar Saat Praktikum Fisika
di MTsN 2 Medan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
Fikri Dien (161301016)
Izdihar Afra (161301022)
Yuliasti (161301027)
Dinda Pramadi Putri (161301037)
Yusnita Tarigan (161301038)
Gita Clara Tinambunan (161301063)
Farel Andhika (161301067)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tugas observasi yang berjudul “Motivasi
Belajar Saat Praktikum Fisika di MTsN 2 Medan”.
Meskipun
banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses penyusunan makalah
ini terutama waktu dan referensi, sehingga makalah ini dapat dikumpulkan tepat
waktu sebagai tugas kelompok Psikologi Pendidikan. Kami mengucapkan terima
kasih kepada Ayah dan Ibu kami di rumah yang telah memberikan bantuan materil
maupun do’anya, sehingga penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Selain itu,
kami juga mengucapkan terima kasih kepada Seluruh
Ibu Dosen dengan mata kuliah Psikologi Pendidikan.
Semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca, dengan menyadari makalah masih jauh
dari sempurna untuk itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk perbaikan
makalah ini. Akhir kata, kami mengucapkan mohon maaf apabila terdapat
kekurangan dan kesalahan dalam makalah ini dan terima kasih untuk semuanya.
Medan, 08 April 2017
Kelompok 10
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR
DAFTAR
ISI
A. Pendahuluan
B. Identitas
Sekolah
C. Sistematis
Pelaksanaan Observasi
D. Pembagian
Tugas Observasi
E. Alat dan
Bahan
F. Metode
yang Digunakan
G. Sampel
Observasi dan Lokasi Pengambilan Data
H. Landasan
Teori
1. Motivasi
· Perspektif tentang Motivasi
a. Perspektif Behavioral
b. Perspektif Humanistik
c. Perspektif Kognitif
d. Perspektif Sosial
· Motivasi untuk Meraih Sesuatu
a. Motivasi Ekstrinsik
b. Motivasi Intrinsik.
2. Orientasi Belajar
· Teacher – Centered Learning
· Learner – Centered Learning
3.
Manajemen Kelas
· Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
· Menciptakan Lingkungan Positif untuk
Pembelajaran
I. Sistematika
Observasi
J. Laporan
Observasi dan Hasil Wawancara dari Guru
1. Observasi
· Perspektif tentang Motivasi
a. Perspektif Behavioral
b. Perspektif Humanistik
c. Perspektif Kognitif
d. Perspektif Sosial
· Motivasi untuk Meraih Sesuatu
a. Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik
· Orientasi Belajar
a. Teacher – Centered Learning
b. Learner – Centered
Learning
· Manajemen Kelas
a. Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
b. Menciptakan
Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
2. Hasil
Wawancara
3. Fasilitas
Kelas
4. Evaluasi
K. Kesimpulan
Hasil Observasi dan Wawancara
L. Testimoni
Tiap Anggota Kelompok
M. Poster
DAFTAR PUSTAKA
Motivasi Belajar Saat
Praktikum Fisika di MTsN 2 Medan
Topik : Peran Motivasi Saat
Belajar Praktikum Fisika Pada Murid SMP
Judul : Motivasi Belajar Saat Praktikum Fisika di
MTsN 2 Medan
A. Pendahuluan
Sebagai mahasiswa jurusan Psikologi yang mempelajari
tingkah laku serta proses mental manusia. Suatu tingkah laku terjadi dan muncul
karena adanya suatu dorongan yang berasal dari dalam maupun di luar diri
manusia. Dorongan-dorongan itu dinamakan dengan sebuah motivasi. Motivasi yang
menjadi alasan dan mengapa manusia melakukan suatu tingkah laku atau tindakan
tertentu.
Segala aktivitas atau tindakan yang kita lakukan
seperti belajar, bekerja, berbuat baik kepada orang lain, dan sebagainya. Itu
semua dilakukan karena adanya sebuah motivasi. Motivasi adalah proses yang
memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama yaitu
suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan suatu hal. Dorongan yang
menjadi suatu sumber tenaga dalam mengerjakan suatu hal agar kita mencapai
suatu tujuan yang kita inginkan baik tujuan yang positif maupun negatif.
Kami mencoba mengobservasi di sebuah sekolah yaitu
MTsN 2 Medan untuk melihat seberapa besar peran motivasi seorang siswa dalam mengikuti
proses pembelajaran praktikum fisika di kelas. Kami mengobservasi motivasi dari
berbagai perspektif yaitu perspektif behavioral humanistik, perspektif
kogintif, serta perspektif sosial, dan motivasi untuk meraih sesuatu yaitu
motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
B. Identitas
Sekolah
Nama
Sekolah : Madrasah
Tsanawiyah Negeri 2 Medan
Nama
Kepala Sekolah : Drs.
Musianto, M.A
Nama
Wakil Kepala Sekolah : Syamsurizal, S.
Pdi (Bagian Kurikulum)
Nama
Wakil Kepala Sekolah : Drs. Muhammad
Yazid (Bagian Sarana &
Prasarana)
Nama
Wakil Kepala Sekolah : Dra. Masdoharni
Hasibuan (Bagian Humas)
Alamat
Sekolah : Jl.
Peratun No. 3 Medan
Desa
/ Kelurahan : Sidorejo
Hilir
Kecamatan
: Medan
Tembung
Kabupaten
: Kota Medan
Provinsi
:
Sumatera Utara
Ekstrakurikuler : o Palang
Merah Remaja
o Dokter
Remaja
o Pramuka
o Paskibra
o Marching
Band
o Futsal
o Basket
C. Sistematis
Pelaksanaan Observasi
Tanggal
|
Kegiatan
|
Senin, 13 Maret 2017
|
Pemilihan Topik dan
Judul
|
Selasa, 14 Maret 2017
|
Penentuan Landasan
Teori yang Dipilih
|
Rabu, 15 Maret 2017
|
Menanyakan
Ketersediaan Sekolah MTsN 2 Medan untuk Diobservasi
|
Senin, 27 Maret 2017
|
Menerima Surat Izin Observasi
dari Fakultas
|
Rabu, 29 Maret 2017
|
Memberi Surat Izin
Observasi ke Sekolah MTsN 2 Medan, Memperoleh Izin dari Sekolah MTsN 2 Medan
dan Penentuan Hari Observasi
|
Jumat, 31 Maret 2017
|
Melakukan Observasi
ke Sekolah MTsN 2 Medan
|
Kamis – Jumat, 06 –
07 April 2017
|
Membuat Laporan
berupa Makalah
|
Jumat, 07 April 2017
|
Membuat Poster
|
Sabtu, 08 April 2017
|
Memposting ke Blog
Hasil Tugas Observasi
|
D. Pembagian
Tugas Observasi
·
Waktu Dilakukan :
Jumat, 31 Maret 2017 pada jam 10.00 s/d 10.30 WIB
·
Lama Dilakukan : 30 Menit
·
Pembagian Tugas :
1.
Fikri Dien (16-016) : Dokumentasi dan
Seksi Transportasi
2. Izdihar
Afra (16-022) : Pelamar ke
Sekolah, Observer, dan Pewawancara
3. Yuliasti
(16-027) : Observer,
Editor Makalah, dan Pewawancara
4. Dinda
Pramudi Putri (16-037) : Pemberi Surat
ke Sekolah dan Observer
5. Yusnita
Tarigan (16-038) : Observer dan
Editor Power Point
6. Gita
Clara Tinambunan(16-063): Observer dan Editor Power Point
7. Farel
Andhika Fajar (16-067) : Dokumentasi
dan Pembuat Poster
·
Narasumber : Masdelina, S. Pdi (Guru Fisika)
E. Alat
dan Bahan
1. Handphone
untuk dokumentasi
2. Pulpen
sebagai reward
F. Metode
yang Digunakan
Metode yang digunakan melalui kegiatan
observasi langsung di lembaga pendidikan MTsN 2 Medan dan ada sesi wawancara
selama 6 menit 52 detik dengan guru fisika bernama Masdelina, S. Pdi di mana di
sekolah tersebut memiliki tradisi memanggil bunda untuk guru perempuan dan
ayahanda untuk guru pria yang sedang mengajarkan praktikum tentang getaran.
Data yang diperoleh akan diolah sesuai dengan teori motivasi.
G. Sampel
Observasi dan Lokasi Pengambilan Data
Sampel observasi diambil 38 orang murid
di kelas VIII-6 yaitu murid laki-laki terdiri dari 18 orang dan murid perempuan
terdiri dari 20 orang dari populasi kelas VIII sebanyak kurang lebih 280 orang.
Lokasi sekolah MTsN 2 Medan di Jl. Peratun No. 3 Medan.
H. Landasan
Teori
1.
Motivasi
Motivasi adalah proses
yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang
termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.
· Perspektif tentang Motivasi
a.
Perspektif
Behavioral
Perspektif behavioral menekankan imbalan
dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Insentif
adalah peristiwa atau stimuli positif atau negatif yang dapat memotivasi
perilaku murid. Pendukung penggunaan insentif menekankan bahwa insentif dapat
menambah minat atau kesenangan pada pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada
perilaku yang tepat dan menjauhkan mereka dari perilaku yang tidak tepat (Emmer
dkk., 2000).
Insentif yang dipakai guru di kelas
antara lain nilai yang baik, yang memberikan indikasi tentang kualitas
pekerjaan murid, dan tanda binatang atau pujian jika mereka menyelesaikan suatu
tugas dengan baik. Insentif lainnya antara lain memberi penghargaan atau
pengakuan pada murid, misalnya memamerkan karya mereka, memberi sertifikat
prestasi, memberi kehormatan, atau mengumumkan prestasi mereka.
Tipe insentif lainnya difokuskan pada
pemberian izin kepada murid untuk melakukan sesuatu yang spesial, seperti
aktivitas yang mereka inginkan, sebagai ganjaran atas hasil mereka yang baik.
Insentif ini berupa jam istirahat lebih, izin memainkan game di komputer,
perjalanan, atau bahkan pesta. Dan hukuman adalah konsekuensi yang menurunkan
probabilitas terjadinya suatu perilaku. Misalnya, guru merengut pada murid yang
bicara di kelas dan kemudian perilaku bicara itu menurun, maka muka guru yang
merengut itu merupakan hukuman bagi tindakan si murid.
b.
Perspektif
Humanistik
1.
Sejarah Tokoh
Salah satu tokoh yang mempelapori perspektif humanistik adalah Abraham
Haroid Maslow. Ia adalah seorang psikolog terkenal yang terkenal dengan
“Hierarki Kebutuhan”-nya. Abraham Maslow lahir pada 1 April di Brooklyn, New
York. Ia merupakan anak sulung dari tujuh bersaudara yang lahir dari imigran
Yahudi Rusia.
Maslow sebagai anak tertua didorong sangat keras untuk belajar karena
diakui sebagai seorang intelektual di usia muda. Maslow menghabiskan masa
kecilnya di Brooklyn. Ia sendiri merasa bahwa masa kecilnya relatif bahagia. Di
sekolah, Maslow adalah murid ilmiah dan berhasil mendapatkan tempat di City
College of New York. Maslow awalnya belajar hukum untuk memenuhi keinginan
orangtuanya, tapi ia menghadiri kuliah di Universitas Wisconsin. Di sanalah ia
berubah tunduk ke psikologi, menerima gelar BA pada tahun 1930, gelar MA pada
tahun 1931, dan Ph.D pada tahun 1934. Selama periode belajar di Wisconsin,
Maslow menikahi sepupunya, Bertha Goodman, dan mempunyai dua anak perempuan. Di
Winconsin, ia dibimbing oleh Harry Harlow, seorang psikolog terkenal untuk karya
pada monyet rhesus dan perilaku.
Maslow
memutuskan untuk belajar Psikologi terutama karena pengaruh Behaviorisme
Watson. Bagi Maslow saat itu, Behaviorisme merupakan sesuatu yang menarik, dan
dengan mengikuti program-program yang diadakan oleh Watson, Maslow berharap
dirinya bisa merubah dunia. Di samping Watson, tokoh-tokoh yang dikagumi dan
ingin diikuti oleh Maslow adalah Koffka, tokoh Psikologi Gestalt; Dreisch,
seorang tokoh terkemuka dalam bdang Biologi; dan Miklejhon, seorang ahli
filsafat. Tetapi ketiga orang tersebut tidak ia jumpai karena mereka hanya guru
besar tamu. Kejadian ini menimbulkan kekecewaan yang besar bagi Maslow.
Maslow
mengawali karir akademis dan profesionalnya dengan memegang jabatan sebagai
asisten instruktur psikologi di universitas wisconsin (1930-1934), dan sebagai
staff pengajar (1934-1935). Kemudian Maslow menjadi staf peneliti di
Universitas Columbia sampai tahun 1937. Semasa di Universitas Columbia ini
Maslow bekerja sebagai asisten Edward L. Thorndike, salah seorang tokoh
behaviorisme. Setelah itu Maslow menjadi guru besar Pembantu di brooklyn
college, new York, sampai tahun 1531. Maslow menyebut kota New York pada akhir
tahun 1930-an sebagai dan awal tahun 1940-an, ketika ia mengajar disana,
sebagai pusat Psikologi. Di kota ini ia bertemu dengan tokoh-tokoh intelektual
Eropa yang melarikan diri ke Amerika Serikat karena penindasan Hitler.
Tokoh-tokoh yang dimaksud seperti erich Fromn, alfred Adler, Karen Horney, Ruth
Benedict, dan Max Wetheimer. Percakapan-percakapan informal dan pertukaran
pengalaman dengan tokoh-tokoh tersebut memegang peranan penting dalam
pembentukan landasan pemikiran humanistik Maslow. Selain itu, kehadiran anaknya
yang pertama telah menghilangkan antusiasme Maslow terhadap Behaviorisme.
Tingkah laku yang kompleks yang ditunjukan oleh anaknya membuat Maslow berfikir
bahwa behaviorisme lebih cocok untuk memahami tikus daripada memahami manusia.
Ia berkata : “Orang yang sudah pernah punya punya bayi tidak menjadi behavioris”.
Pada tahun
1951 Maslow menerima jabatan kepala departmen psikologi universitas Brandeis,
yang dipegangnya sampai tahun 1961. Selama periode ini Maslow menjadi
jurubicara utama bagi gerakan psikologi humanistik di Amerika Serikat. Maslow
menggabungkan diri dengan sejumlah perhimpunan profesional. Ia menjadi anggota
dewan studi psikologi bagi masalah-masalah sosial, menjadi ketua perhimpunan
psikologi Negara Bagian Massachustts, sebagai kepala divisi kepribadian dan
psikologi sosial pada perhimpunan Psikologi Amerika (APA), kepala divisi etika,
dan akhirnya memegang jabatan Presiden Perhimpunan Psikologi Amerika dari tahun
1967 sampai dengan 1968.
Sebagian
besar buku-buku Maslow ditulis dalam sepuluh tahun terakhir dari hidupnya, yang
meliputi buku-buku Toward a Psychology of Being. (1962) Religius and Peak
Experiences (1964), Eupsychian Management : A Journal (1965) the Psycology of
science: A reconnaisence (1966), motivation and personality (1970) dan the
father Reaches of human natures, sebuah buku kumpulan artikel Maslow yang
diterbitkan setahun setelah ia meninggal.
2.
Teori Tokoh
Maslow adalah salah satu tokoh psikologi yang
beraliran pada mazhab ketiga (humanis). Dalam teorinya Maslow berpendapat bahwa
manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang kemudian disebut dangan
teori kebutuhan Maslow. Maslow mengajukan suatu teori kebutuhan yang
berdasarkan kepada kirarki, dimana kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan
akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih,
kebuthan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia
dapat diterapkan pada hampir seluruh aspek kehidupan pribadi serta sosial.
Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar
yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari
sumber genetic atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi
teori Maslow.
Berikut merupakan Hierarki Kebutuhan Maslow:
a.
Kebutuhan-kebutuhan Fisologis atau
Biologis.
Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya
tentang kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis.
Diman kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara
kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya
secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makan, minum, tempat tidur,
seks dan oksigen. Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan
dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum
beranjak kepada kebutuhan lainnya.
b.
Kebutuhan akan Rasa Aman
Setelah kebuthan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi,
maka akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan
rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa
yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan
tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami
gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman
(neurotic), maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia
akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan bertindak seakan-akan
dalam keadaan darurat.
c.
Kebutuhan akan rasa cinta kasih
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow,
tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai
kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual
ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melaikan oleh
kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih
saying. Maslow menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta,
yaitu “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh
hati.
Disamping itu Maslow juga berpendapat bahwa,
kecendrungan Freudian menggap cinta berasal dari seks merupakan kesalahan
serius. Maslow juga merasa heran mengapa psikologi hanya membahsa sedikit saja
tentang cinta, Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu
hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling
percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali
cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan
dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kenutuhan akan cinta
meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
d.
Kebutuhan akan penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua
kategori kebutuhan yakni” harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga
diri meliputi: kebutuhan akan percaya diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan
prestasi, ketidak katergantungan dan kebebasan. Sedangkan kebutuhan akan
dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian,
kedudukan, nama baik serta penghargaan.
e.
Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”,
itulah yang dikatakan oleh Maslow. Oleh karenanya pemaparan tentang kebutuhan
psikologis untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan oleh Maslow dikatakan
dengan aktualisasi diri. Dimana aktualisasi pada hirarki kebutuhan Maslow
merupakan tingkatan paling tinggi, bagaimana tidak karena setiao orang dapat
mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat
menjadi manusia seutuhnya.
Maslow juga memberikan cirri yang universal kepada
mereka yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah kemampuan mereka melihat
hidup dengan jernih, melihat hidup apa adanya bukan apa yang mereka inginkan.
Mereka tidak bersikap emosional, justru bersikap objektif terhadap hasil-hasil
pengamatan mereka. Disamping itu ciri lain dari orang teraktualisasikan dirinya
adalah kadar konflik dirinya yang rendah, ia tidak melawan dirinya sendiri tapi
ia lebih bersifat produktif.
Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat terlihat bahwa
prioritas pemenuhan kebutuhan sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang
ada. Artinya individu yang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar secara
otomatis akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi
dan begitu seterusnya.
a.
Perspektif
Kognitif
Menekankan pada pemikiran murid untuk
memandu motivasi mereka sendiri. Ini berfokus pada ide-ide seperti motivasi
internal murid untuk mencapai sesuatu, atribusi mereka (persepsi tentang
sebab-sebab kesuksesan dan kegagalan, terutama persepsi bahwa usaha adalah
faktor penting dalam prestasi), dan keyakinan mereka bahwa mereka dapat
mengontrol lingkungan mereka secara efektif. Perspektif ini juga menekankan
arti penting dari tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju suatu
tujuan.
Perspektif kognitif merekomendasikan
agar murid lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol prestasi
nilai mereka sendiri. Perspektif kognitif tentang motivasi sesuai dengan
gagasan R. W. White (1959), yang mengusulkan konsep motivasi kompetensi, yakni
ide bahwa orang termotivasi untuk menghadapi lingkungan mereka secara efektif,
menguasai dunia mereka, dan memproses informasi secara efisien. White
mengatakan bahwa orang melakukan hal-hal tersebut bukan karena kebutuhan
biologis, tetapi karena orang punya motivasi internal untuk berinteraksi dengan
lingkungan secara efektif.
b.
Perspektif
Sosial
Perspektif sosial lebih mengarahkan pada
interaksi manusia dengan manusia lainnya dan berusaha diterima oleh orang lain.
Interaksi ini dianggap menjadi sebuah perilaku sosial yang berbicara, antara
secara langsung dan tidak langsung oleh orang lain dengan tujuan yang
menghasilkan sebuah respon. Kebutuhan afiliasi atau keterhubungan adalah motif
untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Kebutuhan afiliasi murid
tercermin dalam motivasi mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman, kawan
dekat, keterikatan mereka dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin
hubungan positif dengan guru.
David Mc Clelland merupakan psikolog
dari Amerika Serikat lulusan Universitas Wesleyan hingga akhirnya menyelesaikan
studi magister dan doktoralnya dalam bidang psikologi di Universitas Yale pada
tahun 1941. Setelah lulus dari studi doktoralnya, ia menjadi dosen di
Universitas Wesleyan dan juga menjadi dosen tidak tetap di Bryn Mawr College
pada tahun 1944-1945 sebelum ia menjadi kepada Departemen Psikologi di
Unviersitas Wesleyan. Ia juga menjadi dosen bidang psikologi sosial di
Saltzburg, Austria. Pada tahun 1956 ia meninggalkan Univesitas Wesleyan karena
ia dikukuhkan menajdi guru besar di Universitas Harvard, Amerika Serikat. Mc
Clelland terkenal dengan teori motivasi.
Menurut Mc Clelland, konsep penting lain
dari teori motivasi yang didasarkan dari kekuatan yang ada pada diri manusia.
Mc Clelland juga menguatkan pada tiga kebutuhan menurut Reksohadiprojo dan
Handoko (1996:85), yaitu:
1. Kebutuhan
afiliasi, kebutuhan ini ditunjukkan dengan adanya interaksi bersama kawan
dekat, keinginan untuk menjalin hubunga positif dengan guru, dan lain-lain
2. Kebutuhan
prestasi, kebutuhan ini terlihat dari keinginan untuk mengambil tugas yang
dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi atas perbuatan-perbuatannya
sehingga mampu memperhitungkan resiko dengan melakukan sesuatu secara kreatif
dan inovatif.
3. Kebutuhan
kekuasaan, kebutuhan ini terlihat pada seseorang yang ingin mempunyain pengaruh
atas orang lain, dia peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dan ia
mencoba menguasai orang lain dengan mengatur perilakunnya dan membuat orang
lain terkesan kepadanya, serta selalu menjaga reputasi dan kedudukannya.
Menurut McCombs (2001), salah satu
faktor terpenting dalam motivasi dan prestasi murid adalah persepsi mereka
mengenai apakah hubungan mereka dengan guru bersifat positif atau tidak. Menurut
Baker dan Stipek (1999, 2002), murid sekolah yang punya hubungan yang penuh
perhatian dan suportif biasanya memiliki sikap akademik yang positif dan lebih
senang bersekolah.
·
Motivasi
untuk Meraih Sesuatu
Motivasi
pada murud telah dipengaruhi oleh perspektif kognitif. Anak akan mengetahui apa yang menjadi tujuan mereka
belajar. Dalam hal ini kita akan
membahas hal-hal apa saja yang dapat meningkatkan motivasi murid untuk meraih sesuatu atau
untik berprestasi. Kita akan mulai bagian ini dengan memperkenalkan apa itu
yang dimaksud dengan motivasi ekstrinsik (ekstrensik) dan intrinsik (internal),
dan apa yang menjadi perbedaan antara kedua motivasi tersebut. Kemudian kita
akan mengkaji efek dari kecemasan terhadap prestasi belajar anak dan beberapa
startegi yang dapat membantu murid agar lebih termotivasi lagi.
a.
Motivasi
Ekstrinsik
Motivasi
Ekstrinsik merupakan melakukan suatu kegiatan karna rangsangan dari luar yang bertujuan hanya untuk mendapatkan
sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif
ekternal seperti imbalsa atau upah dan hukuman. Misalnya, murid akan berusaha
mendapat nilai tertingi dikelasnya untuk mendapatkan pujian dari orang-orang
terdekatnya, atau mungkin murid tersebut akan mengerjakan sesuatu hanya untuk
menghindari hukuman yang mungkin terjadi apabila ia tidak mengerjakannya. Jadi
kalau dilihat dari segi tujuan mengapa ia melakukan kegiatan tersebut tidaklah
untuk memperoleh ilmu dari apa yang dipelajari. Perspektif behavioral lebih
mekankan pada arti penting dari motivasi ektrinsik dalam prestasi ini,
sedangkan pendekatan kognitif dan humanistic lebih menekankan pada arti penting
dari motivasi intrinsik dalam prestasi.
b.
Motivasi
Intrinsik
Motivasi
Intrinsik merupakan motivasi yang
berasal dari diri kita sendiri (internal) untuk melakukan sesuatu hal demi
sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Dalam memenuhi motivasi intrinsic,
murid tidak perlu mendapat rangsangan dari luar, karna motivasi tersebut akan
timbul karna keinginan, hobi atau karena kesadaran diri sendiri. Semakin kuat
motivasi intrinsic yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin besar kemungkinan
ia memperlihatkan tingkah laku yang kuat untuk mencapai tujuannya. Contohnya
seorang murid yang menyukai pelajaran bahasa inggris akan mulai mencoba
menerjemahkan buku bahasa inggrisnya sendiri tanpa disuruh orang lain, atau
seorang murid akan belajar sungguh-sungguh karena mereka ingin mendapatkan ilmu
dan pengetahuan dari yang mereka pelajari.
Murid akan termotivasi untuk belajar
saat mereka diberikan pilihan, senang menghadapi tantangan yang sesuai dengan
kemampuan mereka, dan mendapat imbalan yang mengandung nilai imformasional
tetapi bukan dipakai untuk kontrol. Sama halnya dengan pujian juga dapat
memperkuat motivasi intrinsik murid.
Untuk mengetahui mengapa ini bisa
terjadi, mari kita bahas 2 jenis motifasi intrinsik berikut;
1)
Motivasi
intrinsik dari determinasi diri dan pilihan personal. Salah
satu pandangan tentang motivasi intrinsik menekankan pada determinasi diri
(deCharms, 1994; Ryan & Deci, 2000). Dalam pandangan ini, murid ingin
percayaan bahwa mereka melakukan sesuatu karena kemauan sendiri, bukan karena
kesuksesan atau imbalan eksternal. Dalam studi lain, yang sampelnya
merupakan murid Afrika-Amerika dari
latar belakang miskin. Dalam studi ini, guru didorong untuk memberi lebih
banyak tanggung jawab kepada murid dalam proses belajar (deCharms,1984). Murid diberi beberapa pilihan dalam aktifitas
yang mereka inginka. Mereka juga didorong untuk mengambil tanggung jawab
personal atas tindakan mereka, termasuk dalam hal mencapai tujuan yang telah
mereka tentukan sendri. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, murid dalam
kelompok motivasi intrinsik/determinasi diri ini meraih prestasi yang lebih
tinggi.
2) Motivasi intrinsik dari
pengalaman optimal. Orang melaporkan bahwa
pengalaman optimal ini berupa perasaan senang dan bahagia yang besar. Csikszentmihalyi
menggunakan istilah flow untuk
mendeskrpsikan pengalaman optimal dalam hidup.dia menemukan bahwa pengalaman
optimal itu kebanyakan terjadi ketika orang merasa mampu menguasai dan
berkonsentrasi penuh saat melakukan suatu aktivitas. Flow paling mungkin terjadi di area dimana murid ditantang dan
menganggap diri merekapunya keahlian yang tinggi. Ketika murid tinggi tetapi
aktifitas yang dihadapinya tidak menantang hasilnya aalah kemajemukan. Ketika
level tantangan dan keahlian rendah,
murid akan merasa apati. Dan ketika murid menghadapi tugas sulit yang
diluar dari kemampuan mereka, maka mereka akan merasa cemas. Lalu bagaimana
penghargaan eksternal apakah dapat memperkuat atau melemahkan motivasi
intrinsik.
Imbalan
Ekstrinsik dan Motivasi Intrinsik. Imbalan eksternal dapat berguna untuk mengubah
perilaku. Akan tetapi dalam beberapa situasi, imbalan atau hadiah dapat
melemahkan pembelajaran. Juy Cameron (2001; Cameron & Pierce, 1996)
berpendapat bahwa dalam pendidikan ada keyakinan kuat bahwa hadiah selalu
menurunkan motivasi intrinsic murid. Dalam analisisnya terhadap sekitar 100
studi, dia menemukan bahwa hadiah verbal
(seperti pujian) dapat dipakai untuk memperkuat motivasi intrinsic.
Pergeseran
Developmetal dalam Motivasi Ekstrinsik dan Intrinsik. Banyak peneliti dan pendidik percaya bahwa
penting bagi murid untuk mengembangkan intelektualisasi dan mengembangkan
motivasi intrinsik yang lebih besar saat mereka tumbuh. Mengapa pergeseran ke
arah motivasi ekstrinsik ini terjadi saat murid naik ke kelas yang lebih
tinggi? Salah satu penjelasannya adalah karena praktik kenaikan kelas dapat
memperkuat orientasi motivasi eksternal. Artinya, saat murid bertambah usia
mereka akan berusaha untuk naik kelas dan karenanya motivasi internalnya akan
menurun.
2.
Orientasi
Belajar
·
Teacher
- Centered Learning
Dalam pendekatan ini fokus di sekolah
adalah guru. Perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat oleh guru. Dalam
hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran murid, memiliki ekspektasi yang
tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk
tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk meminimalkan pengaruh negatif
terhadap murid.
Perencanaan
Teacher-Centered Learning memiliki tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1. Menciptakan
Sasaran Behavioral
Sasaran behavioral
(behavioral objectives) adalah pernyataan tentang perubahan yang diharapkan
oleh guru akan terjadi dalam kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962),
sasaran behavioral harus spesifik. Mager percaya bahwa sasaran behavioral harus
mengandung tiga bagian :
a. Perilaku
murid. Fokus pada apa yang akan dipelajari atau dilakukan murid.
b. Kondisi
di mana perilaku terjadi. Menyatakan bagaimana perilaku akan dievaluasi atau
dites.
c. Kriteria
kinerja. Menentukan level kinerja yang dapat diterima.
2. Menganalisis Tugas
Difokuskan pada pemecahan
suatu tugas kompleks yang dipelajari murid
menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis
dilakukan melalui tiga langkah dasar (Moyer & Dardig, 1978) :
a. Menentukan
keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
b. Mendaftar
materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil,
kalkulator, dan sebagainya.
c. Mendaftar
semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3. Menyusun
Taksonomi Instruksional
Taksonomi adalah sistem
klasifikasi. Taksonomi Bloom oleh Benjamin Bloom dkk (1956) mengklasifikasikan
sasaran pendidikan menjadi tiga domain :
a.
Domain Kognitif memiliki enam sasaran, antara lain :
-
Pengetahuan - Analisis
-
Pemahaman - Sintesis
-
Aplikasi - Evaluasi
b.
Domain Afektif (respons emosional terhadap tugas) memiliki lima sasaran, antara
lain :
-
Penerimaan -
Pengorganisasian
-
Respons - Menghargai
karakterisasi
-
Menghargai
c.
Domain Psikomotor (menghubungkan aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan
atletik, tetapi banyak subjek lain, seperti menulis dengan tangan dan
pengolahan kata, juga membutuhkan gerakan. Dalam sains, murid harus menggunakan
peralatan yang kompleks; seni visual dan pahat membutuhkan koordinasi mata dan
tangan. Sasaran psikomotor menurut Bloom adalah :
-
Gerak refleks -
Kemampuan fisik
-
Gerak fundamental dasar -
Gerak terlatih
-
Kemampuan Perseptual -
Perilaku nondiskusif
·
Learner
- Centered Learning
Pada pendekatan ini
fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi murid terhadap
lingkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru
merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid
(McCombs, 2001; McCombs & Quiat, 2001). Pendekatan ini mengandung implikasi
penting bagi cara guru merancang dan mengajar, karena prinsip-prinsip tersebut
didasarkan pada riset tentang cara belajar paling efektif bagi murid.
Pendekatan ini menekankan pembelajaran dan pelajar yang aktif dan reflektif. Pendidikan
akan lebih baik apabila fokus utamanya adalah pada orang yang belajar
(learner). Learner-Centered ini dikembangkan oleh American Psychological
Association (APA) dapat diklasifikasikan berdasarkan empat faktor :
1. Faktor
Kognitif dan Metakognitif
Ada enam prinsip, yaitu
:
a. Sifat
proses pembelajaran
b. Tujuan
proses pembelajaran
c. Konstruksi
pengetahuan
d. Pemikiran
strategi
e. Memikirkan
tentang pemikiran (metakognisi)
f. Konteks
pembelajaran
2. Faktor
Motivasi dan Emosional
Ada tiga prinsip,
antara lain :
a. Pengaruh
motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
b. Motivasi
intrinsik untuk belajar
c. Efek
motivasi terhadap usaha
3. Faktor Sosial dan
Developmental
Ada dua prisip, antara lain :
a. Pengaruh
perkembangan pada pembelajaran
b. pengaruh sosial
terhadap pembelajaran
4. Faktor Perbedaan
Individual
Ada tiga prinsip, antara lain :
a. Perbedaan individual dalam pembelajaran
b. Pembelajaran dan diversitas
c. Standar dan
penilaian
3.
Manajemen
Kelas
Manajemen kelas yang efektif akan
memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer,
& Worsham, 2003). Manajemen lingkungan yang baik adalah mendesain
lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan
yang positif untuk pembelajaran, membangun dan menegakkan aturan, mengajak
murid bekerja sama, mengatasi masalah secara efektif, dan menggunakan strategi
komunikasi yang baik.
Ada tujuan manajemen kelas yang efektif :
membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi
waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami
masalah akademik dan emosional.
·
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
Gaya Penataan
- Gaya auditorium
tradisional, semua murid duduk menghadap guru.
- Gaya tatap muka (face
to face), murid saling menghadap satu sama lain.
- Gaya off-set,
sejumlah murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
- Gaya seminar,
sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk di susunan berbentuk lingkaran,
persegi, atau bentuk U.
- Gaya klaster
(cluster), sejumlah murid (4-8 orang) bekerja dalam kelompok kecil.
·
Menciptakan
Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Strategi Umum
Gaya otoratif
Guru yang otoratif akan
cenderung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau bekerja sama
dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoratif akan
melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap perhatian
kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan
masukan dari murid. Strategi manajemen kelas yang otoratif akan mendorong murid
untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
I.
Sistematika Observasi
1. Saat
kelompok tiba di MTsN 2 Medan
Kelompok
tiba pada pukul 10.00 WIB ke Sekolah MTsN 2 Medan untuk melakukan observasi.
2. Guru
memberikan instruksi tentang praktikum fisika yang akan dikerjakan.
Saat
kami tiba di kelas VIII-6, Bunda Masdelina, S.Pdi sebagai guru fisika sedang
menjelaskan apa saja yang harus dilakukan selama melakukan praktikum tentang
getaran.
3. Para murid mulai melakukan praktikum sesuai arahan guru
Setelah
diberi arahan dari Bunda Masdelina, para murid melakukan percobaan tersebut
secara bertahap sesuai dengan langkah-langkah yang sudah dijelaskan oleh Bunda
Masdelina. Satu kelompok terdiri dari dua orang di mana satu orang bertugas
untuk membuat tali tersebut sebanyak 5 putaran yang sudah diikatkan di kayu dan
satu orang lagi yang menghitung waktu dari 5 putaran tersebut dengan
menggunakan jam tangan.
4. Para murid bersemangat dalam melakukan praktikum fisika
Murid
berantusias dalam menyelesaikan tugas praktikum fisika tentang getaran. Mereka
melakukan 3x percobaan dengan waktu yang berbeda-beda untuk menghitung frekuensi
dan periode dari getaran di mana memiliki jumlah putaran yang sama yaitu 5
putaran. Saat mereka melakukan prosedur yang salah. Maka, mereka akan
mengulanginya lagi.
5. .Para
murid melakukan praktikum fisika dengan berdiskusi sesama kelompoknya
Setelah melakukan percobaan, mereka akan menulis
hasil yang didapatkan dan berdiskusi menghitung hasilnya dengan rumus yang
sudah dijelaskan oleh Bunda Masdelina menggunakan kalkulator.
6. Para murid yang masih belum paham bisa bertanya dengan guru
Jika murid menemukan kendala dan
masih belum paham, maka murid bisa bertanya kepada Bunda Masdelina di bagian
mana yang masih belum mengerti.
7. Berfoto
bersama guru dan para murid setelah siap melakukan observasi.
Setelah 30 menit melakukan observasi pada pukul
10.30 WIB, kami memberikan rasa ucapan terima kasih atau reward yaitu pulpen kepada
Bunda Masdelina dan semua murid karena sudah diberikan kesempatan untuk bisa
mengobservasi di sekolah MTsN 2 Medan dan kami juga foto bersama sebelum keluar
kelas.
8. Kelompok observasi setelah selesai mengobservasi sekolah MTsN 2 Medan
Setelah keluar kelas,
kami foto bersama di luar kelas sebelum meninggalkan sekolah MTsN 2 Medan.
J.
Laporan
Observasi & Hasil Wawancara dari Guru
Laporan
Observasi merupakan hasil yang didapatkan setelah melakukan observasi. Kami
mengambil topik tentang motivasi, sehingga akan menguraikan secara lebih
mendalam mengenai motivasi siswi/siswi MTsN 2 Medan. Selain itu, kami juga akan
menguraikan sedikit mengenai hasil pengamatan kami tentang orientasi belajar
dan manjemen kelas, namun tidak secara mendalam dibandingkan dengan motivasi
karena kami mengambil topik tentang motivasi.
1.
Observasi
·
Perspektif
tentang Motivasi
a.
Perspektif
Behavioral
Hasil dari Observasi murid MTsN 2 Medan
pada tanggal 31 Maret 2017 pukul 10.00 WIB menyangkut tentang Teori Behavioral
:
1. Murid
yang tidak membawa alat praktikum secara lengkap akan mendapatkan pengurangan
nilai.
2. Murid
yang mengumpulkan hasil pratikum terlebih dulu akan mendapatkan nilai yang
tinggi.
Dari hasil observasi
ini tampak murid perempuan lebih unggul daripada murid laki-laki.
b.
Perspektif
Humanistik
Perspektif humanistik tentang motivasi menekankan pada kapasitas murid
untuk mengembangkan kepribadian, kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri,
dan kualitas positif (seperti peka terhadap orang lain). Perspektif ini
berkaitan erat dengan hierarki kebutuhan Abraham Maslow yang telah dijelaskan
pada pembahasan sebelumnya. Dari hasil observasi yang telah kami lakukan, kami
melihat adanya motivasi dari setiap murid yang sesuai dengan perspektif
humanistis. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas ketika mereka melakukan
praktikum pada pelajaran yang sedang berlangsung. Praktikum ini dibagi menjadi
beberapa kelompok yang terdiri dari dua orang murid.
Para murid bebas menentukan apakah
mereka akan mengerjakan praktikum dengan baik atau tidak. Perbedaan motivasi
bukan hanya terjadi antarkelompok, tetapi juga pada dua murid yang terlibat
dalam satu kelompok. Sebagian besar dari mereka memiliki motivasi humanistis
yang kuat, hal tersebut dapat dilihat ketika mereka berusaha sebaik mungkin
untuk menyelesaikan tugas mereka. Bahkan, beberapa dari mereka sampai rela
untuk menghampiri temannya yang lain agar lebih mengerti tata cara praktikum
yang mereka lakukan. Mereka pun berusaha untuk selalu memusatkan perhatian
kepada praktikum yang sedang dikerjakan walaupun tim kami berlalu lalang untuk
mengobservasi mereka.
Praktikum tersebut juga membantu
untuk mengembangkan kemampuan mereka. Hal ini dapat dilihat dari perilaku
mereka yang bahkan sampai ada yang harus berdebat untuk mendapatkan suatu
pemahaman yang sama dan juga tepat. Bagi murid yang memiliki motivasi ini, ia
akan terus memacu dirinya untuk dapat mengerti dan menyelesaikan tugas yang
telah diberikan oleh sang guru. Dalam hal ini, sang guru juga terus memantau
mereka agar anak didiknya dapat berkembang serta segera memotivasi untuk
melanjutkan ketika sang guru melihat mereka sudah mulai tidak semangat.
Sedangkan bagi murid yang memiliki motivasi humanistis yang rendah, mereka akan
mudah menjadi tidak sabar dan juga mengekspresikan perasaan kesal mereka ketika
tugas yang dikerjakan tak kunjung usai.
c.
Perspektif
Kognitif
Dari hasil observasi
kami mengenai motivasi dari perspektif kognitif pada murid kelas VIII-6 saat
praktikum fisika tentang getaran di sekolah MTsN 2 Medan :
1. Setiap
murid memiliki motivasi kompetensi di mana mereka semua termotivasi untuk bisa
memahami segala prosedur atau langkah-langkah dalam praktikum fisika.
2. Kelompok
saling berkompetisi untuk mengerjakan praktikum fisika tersebut .
3. Mereka
memiliki rasa penasaran dan keingintahuan yang tinggi di mana saat kami
mengobservasi kelompok baik kelompok yang hanya terdiri dari murid laki-laki
dan yang hanya murid perempuan, saat mereka tidak mengerti. Maka, mereka akan
bertanya ke Bunda Masdelina.
4. Mereka
termotivasi secara kogntif untuk bisa mengerjakan praktikum dengan baik, benar,
cepat, dan tepat.
5. Mereka
termotivasi secara kogntif untuk mencari jawaban yang benar dari rumus yang
digunakan untuk mencari frekuensi dan periode getaran dan itu membutuhkan
proses berpikir.
6. Mereka
akan mengulangi percobaan apabila terdapat kesalahan prosedur. Mereka
termotivasi secara kognitif karena mereka menyadari dan mengetahui jika ada
kesalahan dan itu membutuhkan suatu proses berpikir.
b.
Perspektif
Sosial
Observasi
yang kami lakukan pada hari jumat tanggal 31 Maret 2017 di MTsN 2 Medan pada
kelas VIII-6, kami menemukan berbagai macam motivasi yang terdapat di kelas
tersebut. Aktivitas yang mereka lakukan pada pukul 10.00 adalah pratikum dalam
bidang fisika. Ada beberapa motivasi yang saya temukan dalam hal perspektif
sosial yaitu:
1.
Sebagian besar murid di
kelas tersebut mau bekerja sama dan berbagi tugas antar teman sekelompok. Tentu
yang mereka lakukan juga membuat hubungan lebih hangat dan akrab.
2.
Para murid saling
berbagi ilmu dengan kelompok lain sehingga tiap murid menjadi aktif dan
penolong untuk murid yang kurang memahami proses praktikum yang dilakukan.
Mereka juga saling memperbaiki kesalahan satu sama lain. Hal ini membuat tiap
murid ingin menyelesaikan praktikumnya dengan segera.
3.
Interaksi yang mereka
lakukan semakin kuat dengan adanya keingintahuan proses pratikum tersebut
dengan sesama teman dan guru pembimbingnya. Mereka menyenangi tiap proses praktikum,
tanpa ada unsur keberatan dalam mengerjakannya.
4.
Ada beberapa murid yang
lambat dalam mengerjakan praktikum tersebut tanpa ingin mencari tahu dengan
teman kelompok lainnya dan guru pembimbing.
·
Motivasi
untuk Meraih Sesuatu
a.
Motivasi
Intrinsik dan Ekstrinsik
Dari
hasil observasi yang kelompok kami lakukan pada jumat, 31 Maret 2017, yang
berlokasi di MTSN 2 Medan, dan melibatkan 38 orang murid kelas VIII-6, diambil
20 sampel penelitian untuk ditanyakan mengenai motivasi mereka. Pada saat
observasi berlangsung, siswa sedang dalam pelajaran praktikum fisika, dari ke
20 murid tersebut, ada 11 murid yang mengatakan bahwa mereka melakukan
prosedur-prosedur praktik tersebut karena mereka menyukainya, sedangkan 9 murid
lainnya mengatakan bahwa mereka melakukannya hanya agar dapat nilai dari
gurunya. Kesimpulan dari observasi tersebut ialah bahwa motivasi intrinsik
murid lebih tinggi dibandingkan motivasi ektrinsik. Murid yang termotivasi
secara intrinsik mengatakan bahwa pelajaran tersebut menyenangkan, dan praktik
yang mereka lakukan dianggap menantang dan dapat menghasilkan pengetahuan.
·
Orientasi
Belajar
a.
Teacher
– Centered Learning
Dari hasil observasi kami menemukan
bahwa pada saat praktikum fisika kelas VIII-6 di MTsN 2 Medan di mana selama
praktikum berlangsung guru hanya memberikan arahan proses praktikum dan
bimbingan apabila para murid ada yang masih belum mengerti dan memahami
praktikum tersebut. Para murid yang lebih banyak untuk bergerak aktif melakukan
praktikum.
b.
Learner – Centered Learning
Dari
hasil observasi kami menemukan bahwa pada saat praktikum fisika kelas VIII-6 di
MTsN 2 Medan di mana selama praktikum berlangsung para murid yang bergerak
aktif untuk menyelesaikan praktikum fisika tersebut dengan mengerjakannya per
kelompok sesuai dengan arahan yang diberikan guru.
·
Manajemen
Kelas
a.
Mendesain
Lingkungan Fisik Kelas
Kami observasi saat
para murid sedang melakukan praktikum fisika di mana satu kelompok terdiri dari
dua orang sehingga memiliki, yaitu :
- Gaya tatap muka (face
to face), murid saling menghadap satu sama lain dalam kelompok untuk
mengerjakan praktikum.
b.
Menciptakan
Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
Dari hasil observasi
diperoleh yaitu :
Bunda Masdelina ialah
guru yang otoratif di mana menghasilkan para murid yang mandiri, tidak cepat
puas, mau bekerja sama dengan teman, dan menunjukkan penghargaan diri yang
tinggi, melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menunjukkan sikap
perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar
dengan masukan dari murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
2.
Hasil
Wawancara
Dari hasil wawancara yang kami peroleh
bahwa kelas VIII-6 yang kami observasi adalah salah satu kelas yang memiliki
minat dan keinginan yang tinggi untuk belajar fisika atau dikenal dengan motivasi intrinsik. Saat bel pelajaran
fisika tiba, ketua kelas akan menjemput bunda Masdelina untuk memasuki kelas
mereka untuk mengajar di kelas. Dan bunda Masdelina mengatakan bahwa mereka
sangat antusias dan bersemangat jika diadakan kuis. Pada umumnya, para murid
apalagi fisika jarang yang menyukainya. Namun, di kelas ini para murid
sebaliknya, mereka mengingatkan bunda Masdelina untuk mengadakan kuis karena
mereka ingin menguji kemampuan mereka. Setelah kuis diperiksa, mereka akan
menanyakan hasil yang mereka dapatkan rendah atau tinggi.
Selain itu, apabila murid yang
mendapatkan nilai tertinggi dalam kuis maka akan mendapatkan nilai tambahan
yang disimbolkan dengan sebuah tanda bintang dan itu termasuk imbalan atau
reward yang akan menimbulkan motivasi
ekstrinsik untuk para murid agar semakin semangat dalam belajar fisika dan
murid yang mendapatkan nilai tertinggi akan membantu murid lain yang masih
belum mengerti dan itu dinamakan motivasi
dari perspektif sosial dan bunda Masdelina mengatakan bahwa murid yang
mendapatkan nilai tertinggi juga tidak menganggap rendah kemampuan orang lain,
sebaliknya murid tersebut akan meyakinkan si murid yang mendapatkan nilai
terendah ini bahwa ia juga bisa mendapatkan nilai tertinggi dan itu disebut motivasi dari perspektif humanistik. Dan
murid yang mendapatkan nilai terendah akan bertanya kepada bunda Masdelina di
bagian mana yang membuatnya rendah dan meminta diajarkan oleh bunda agar ia
mengerti mengerjakan soal kuis tersebut dengan benar dan itu merupakan termotivasi secara kogintif karena
membutuhkan proses berpikir.
Di balik itu semua, pasti ada sisi
kekurangan dari para murid di kelas tersebut yaitu ribut. Namun, saat mereka
ribut dan diperingati untuk tidak ribut. Maka, mereka akan mengikuti perintah
yang diberikan bunda Masdelina. Dan saat ada beberapa murid yang tidak
mengerjakan tugas akan dihukum dengan berdiri di depan kelas. Itu merupakan pendekatan behavioral dengan menerapkan
imbalan dan hukuman. Dari hukuman tersebut, mereka akan termotivasi untuk tidak
melakuknnya. Alhasil, untuk minggu selanjutnya mereka tidak melakukannya lagi.
3 .Fasilitas
Kelas
Saat
melakukan praktikum fisika tidak dilakukan di ruangan praktikum melainkan tetap
di kelas. Alat dan bahan praktikum yang digunakan masih sederhana yang
dipersiapkan masing-masing oleh para murid dari rumah. Ruang kelas yang
digunakan masih cukup luas untuk digunakan praktikum, kondisi meja dan bangku
masih relatif bagus, dan memiliki rak buku di bagian belakang kelas. Sehingga,
fasilitas kelas masih cukup baik untuk digunakan sebagai proses
belajar-mengajar. Namun, untuk melakukan praktikum akan lebih baik jika
dilakukan di ruang praktikum dengan alat dan bahan yang sudah disediakan oleh
pihak sekolah.
4
Evaluasi
Saat
praktikum dilakukan di kelas dan tidak di ruangan praktikum serta kondisi kelas
yang ribut saat melakukan praktikum.
K.Kesimpulan Hasil Observasi dan Wawancara
Berdasarkan dari hasil
observasi dan wawancara yang telah dijelaskan di atas, kami menyimpulkan bahwa
motivasi belajar saat praktikum fisika kelas VIII-6 di MTsN 2 Medan memiliki
motivasi belajar yang cukup tinggi terhadap praktikum fisika baik motivasi dari
perspektif yang terdiri dari perspektif behavioral, perspektif humanistik,
perspektif kognitif, perspektif sosial dan motivasi meraih sesuatu yang terdiri
atas motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
L. Testimoni Kelompok
Fikri
Dien (16-016) :
Tugas
observasi ini sangat baik dan berguna buat kami, selain untuk mengaplikasikan
ilmu psikologi yang di dapat bisa juga mendapatkan pengalaman baru dengan
terjun langsung ke lapangan dan disini kerja sama kelompok dan kekompakan
kelompok sangat jelas nampaknya agar tugas ini diselesaikan dengan sebaik mungkin.
Izdihar Afra
(16-022) :
Tugas Psikologi Pendidikan kali ini merupakan pengalaman
saya yang pertama dalam mengobservasi kelas, dan sudah pasti ini akan menjadi
pengalaman yang berharga bagi saya. Kendala yang dihadapi dalam tugas kali ini
adalah dalam hal mengurus surat, walaupun demikian pada akhirnya kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik. Alhamdulillah.
Yuliasti
(16-027) :
Tugas
observasi pada mata kuliah psikologi pendidikan ini merupakan hal yang baru dan
pertama kali saya lakukan untuk memenuhi tugas kelompok psikologi pendidikan
dan dikumpul sebelum UTS. Saya antusias karena ini merupakan hal yang pertama
dan tidak menyangka yang dulunya saya sebagai siswi yang diobservasi dan sekarang
saya sebagai orang yang mengobservasi atau observer, ternyata waktu sangat
begitu cepat berlalu.
Dan
ternyata segala apa yang dipelajari di psikologi itu ada aplikasinya di
kehidupan sehari-hari dan itu terlihat jelas melalui pelaksanaan tugas observasi.
Namun, antara kami observasi dan pengumpulan tugas hanya memiliki sedikit waktu
sehingga harus bekerja ekstra keras untuk dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik dan benar. Overall, observasi psikologi pendidikan sangat berkesan dan
melekat di hati.
Dinda Pramadi Putri (16-037) :
Observasi
ini merupakan pengalaman pertama saya dalam sebuah penelitian yang melibatkan
subjek langsung (Siswa Mtsn2 Medan). Tugas ini lumayan susah, tetapi menambah
pengetahuan dan pengalaman yang berharga.
Yusnita Tarigan
(16-038) :
Menurut saya, tugas ini tidak mudah dan tidak sulit
juga dalam mengerjakannya. Tetapi tugas ini membuat saya lebih kritis lagi
dalam mengobservasi sesuatu. Kekurangan pada observasi kami menurut saya adalah
kurangnya waktu dalam mengobservasi di sekolah tersebut.
Gita Clara Tinambunan
(16-063) :
Saat
observasi berlangsung, saya merasa bahwa murid sangat antusias dalam mengikuti
pelajaran. Dan hal tersebut tentu
semakin membuat kelangsungan observasi kami berjalan dengan baik. Murid juga
menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan yang kami ajukan dengan antusias.
Walaupun ada rasa gugup yang melanda saat observasi dilakukan, namun melihat semangat para murid seakan
meruntuhkan dinding kegugupan itu dan menggantikannya dengan rasa senang.
Farel Andhika
Fajar (16-067) :
Observasi
dalam rangka memenuhi tugas pendidikan merupakan pengalaman yang pertama bagi
saya dalam mengobservasi kelas dengan melihat para murid mengerjakan tugas
menjadi suasana yang menyenangkan bagi saya dan guru yang mengajar di kelas
VIII-6 yaitu kelas yang kami observasi dengan terbuka dan senang hati menerima
kedatangan kami untuk mengobservasi para muridnya.
M. Poster
DAFTAR
PUSTAKA
Santrock, John W. 2004. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta : Kencana
Sarwono, Sarlito W. (2000). Berkenalan dengan
aliran-aliran dan tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: PT. Bulan Bintang.
http://12010rmahn.blogspot.co.id/search/?q=hasil+observasi
https://en.wikipedia.org/wiki/David_McClelland
http://skripsi-manajemen.blogspot.co.id/2011/02/teori-motivasi-maslow-mcclelland.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar